100 Hektare Lahan Perkebunan Rusak. Galodo Dipicu Pembukaan Lahan

KabarUtama20 Views

Kabarin.co, Pasaman-Galodo yang terjadi di Jorong Siparayo, Kecamatan Tigonari Kabupaten Pasaman pascagempa 6,1 SR diperkirakan telah merusak sekitar 100 hektare lebih lahan perkebunan warga.

Kuat dugaan galodo disebabkan tidak adanya pohon-pohon besar penahan tanah akibat pembukaan lahan oleh warga untuk areal perkebunan.

Seperti diketahui, sumber galodo tersebut berasal dari kaki Gunung Pasaman.

Di pusat sumber galodo, terlihat sejumlah longsoran besar terjadi di tengah badan gunung.

Salah satu longsoran besar itu jatuh ke sungai yang berada di bawahnya. Material tanah bercampur air tersebutlah yang menghantam perkebunan warga termasuk beberapa rumah di Nagari Malampah.

Selain itu 6 warga yang sedang berladang di kaki Gunung Pasaman saat kejadian Jumat (25/2) itu ikut tersapu galodo. Dua ditemukan meninggal dan lima lainnya masih dalam pencarian personel gabungan.

Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian, Dinas Pertanian Pasaman, Wilayah Kerja Kecamatan Tigonagari, Desrian, di lokasi mengatakan kalau ia bersama tim sedang melakukan pendataan kerusakan lahan pertanian akibat galodo pasca gempa 6,1 SR.

Data sementara yang berhasil direkapnya terdapat sekitar 100 hektare lebih lahan perkebunan warga yang rusak parah diterjang galodo.

Kerusakan itu memanjang sepanjang 4 kilometer, mulai dari hulu longsor sampai ke hilir.

Banyak warga yang berladang di kaki pegunungan. Jangkauan galodo ini sepanjang 4 kilometer dan sepanjang itu pula lahan perkebunan warga hancur tertimbun tanah.

Ia menyebut, kebanyakan warga di lokasi itu berladang jagung. Bahkan ada dari mereka yang tinggal siap panen.

Ia sendiri tidak menyangka lokasi (gunung, red) tersebut bisa sampai longsor besar di sejumlah titik.

Menurut perkiraannya salah satu penyebab adalah banyaknya warga yang membuka lahan perkebunan di perbukitan sekitar. Sehingga kaki bukit sudah tidak ada pohon penahan.

“Pembukaan lahan ini dengan cara menebangi pohon kayu, termasuk kayu-kayu besar yang merupakan penahan tanah di lokasi. Hal inilah yang menyebabkan tanah tidak kokoh dan memicu longsor pasca gempa,” ujarnya.

Ia menambahkan, saat ini di Jorong Siparayo, Tigonagari, mayoritas warga berkebun jagung. Warga beramai-ramai membuka lahan untuk berkebun, bahkan ada juga yang membuka kebun nilam.

Saat ini tercacat luas perkebunan di Jorong Siparayo sekitar 1000 hektare lebih. Sehingga pohon -pohon besar di bagian hulu saat sekarang sangat sedikit.

Meski begitu, katanya masyarakat juga tidak bisa disalahkan. Apalagi tuntutan hidup saat sekarang semakin tinggi dan warga hanya bergantung dari hasil perkebunan.

Desi, 32, salah seorang warga menyebut ladang miliknya habis keseluruhan disapu galodo.<span;>(*)