Knowledge Sharing : Memahami Kembali Konsep Organisasi Birokrasi Weberian

Opini10 Views

Akhir-akhir ini, di sekitar kita banyak terlihat sebagian anggota organisasi yg memiliki kesibukan luar biasa, sedangkan sebagian lainnya terlihat seakan2 memiliki kesibukan biasa2 saja. Di sisi lain, ada anggota organisasi tersebut sering ditugaskan ke lapangan, ada juga yg berada di belakang layar.

Hal ini tentu menjadi sebuah pertanyaan dalam benak sebagian anggota organisasi apakah situasi tersebut sudah tepat?karena akan ada perasaan yg muncul dalam perspektif keadilan, situasi tersebut dianggap tidak adil.

Maka melalui tulisan ini penulis menyampaikan opini trhdap situasi tersbut dalam perspektif Birokrasi Weberian yg dipelopori oleh Max Weber
Dalam perspektif Weberian kita mengenal ciri2 birokrasi yg ideal diantaranya adalah terstrukturisasi dan terspesialisasi. Menurut hemat penulis, secara harfiah, terstrukturisasi maknanya adalah birokrasi yg terdiri dari manajer2/pejabat dg berbagai tingkatan, sedangkan terspesialisasi maknanya adalah pembagian tupoksi berdasarkan job description masing-masing anggota organisasi.

Untuk merangkai tata kelola organisasi tersebut, maka kata2 instruksi, koordinasi, kolaborasi, fasilitasi dan laporan sudah menjadi konsumsi anggota organisasi baik di organisasi pemerintah maupun organisasi swasta.

Oleh karena itu penggunaan kata2 dimaksud haruslah lebih bijak dlm penggunaannya. Instruksi disampaikan oleh top manajer kepada bawahan, koordinasi kepada anggota yg lebih selevel, kolaborasi dan fasilitasi lebih kepada seluruh anggota organisasi, sedangkan laporan dari bawahan kepada manajer, Ini semua dilakukan untuk mewujudkan tujuan dari organisasi itu sendiri. Apabila dianalogikan, penulis melihat organisasi itu sbgai sebuah kesebelasan dlm tim sepakbola. Misalnya dalam suatu pertandingan apabila posisi back kiri mendapat srangan lebih dari tim lawan, sehingga dalam penglihatan pemain bek kiri bekerja lebih sibuk dibandingkan pemain lainnya, bukan berarti pemain lain tidak bekerja, padahal mereka juga bekerja untuk memastikan agar serangan tidak datang dari posisi yang mereka tempati. Dalam penilaian lain bisa saja posisi back kiri tadi diisi oleh pemain yg belum maksimal dalam bekerja atau posisi wing kanan tim lawan diisi oleh pemain terkuat yg dimiliki lawan.

Begitu juga lah mnyikapi sebuah organisasi birokrasi. Apabila seorang anggota organisasi terlihat lebih sibuk, bukan berarti anggota lainnya tidak berkontribusi thdap organisasinya. Mereka tetap bekerja untuk memastikan pencapaian tujuan organisasi.

Untuk itu, perlulah seorang manajer menyikapi hal ini dg bijak agar iklim organisasi trsbut tetap harmonis dan kondusif. Birokrasi disusun berdasarkan spesialisasinya, mereka yg ditempatkan di posisi yg terlihat sibuk, bukan berarti hanya mereka yg berkontribusi thdap organisasi. Bahkan mereka yang terlihat seolah2 lebih santai, bisa saja mereka bekerja lebih efektif dan efisien dalam melaksanakannya shingga beban kerja yg sama, dapat dikerjakan lebih tepat, cepat dan cermat.

Berdasarkan keterangan tersbut di atas, maka penulis berkesimpulan, thdap persoalan yg penulis sampaikan di awal tadi, tidak ada seorangpun anggota organisasi yg merasa lebih penting dalam organisasinya. Semua anggota organisasi tetap berkontribusi thdap organisasinya dg peran/spesialisasi yg berbeda2 untuk mewujudkan tujuan organisasinya.

Untuk itu disarankan Iklim organisasi akan kondusif dan harmonis apabila manajer dan semua anggota organisasi lebih memahami dan melaksanakan apa yg sudah disampaikan dalam konsep birokrasi Weberian yg terstruktur dan terspesialisasi.(*)

 

Dr. Egy Juniardi, M.Si
Analis Kebijakan Ahli Muda DPMPTSP Provinsi Sumbar