Setelah LIDI, Kompetisi Perserikatan jadi “Proyek” Baru BASRI

kabarin.co – Ditengah pembekuan federasi (PSSI) oleh Kemenpora, semakin banyak ide-ide bersileweran, dengan
mengambil moment pembekuan tersebut. Badan Sepakbola Rakyat Indonesia (BASRI), setelah “sukses” dengan proyek Liga desa-nya yang kondang dengan sebutan LIDI, kembali melontarkan wacana baru.

Ide BASRI kali ini adalah hendak menggulirkan lagi kompetisi Perserikatan di Indonesia. Seperti diketahui,
kompetisi model tersebut sudah pernah digulirkan pada 1931 sampai 1994.

Kompetisi itu pun akhirnya dilebur dengan Galatama yang melahirkan format Liga Indonesia. Selanjutnya, semakin
berjalannya waktu, format kompetisi kasta tertinggi di tanah air sampai kepada era Indonesia Super League  (ISL).

Dulu, kompetisi Perserikatan dikenal banyak didominasi oleh antusiasme kedaerahan yang begitu kuat. Hal itu
pula yang ingin dihadirkan lagi oleh BASRI dalam waktu dekat.

“Intinya begini, kita sudah satu tahun mengalami pembekuan sepakbola. Tapi dalam satu tahun itu, tidak ada solusi satu sistem yang baik. Kondisi ini tentu tidak baik bagi sepakbola Indonesia, karena seluruh potensi kita ini tentunya mesti mendapat perubahan,” kata Eddy Sofyan, ketua umum BASRI dalam jumpa persnya di kantor Kemenpora, Jakarta, Jumat (22/4).

Maka itu, untuk menindaklanjuti rencana tersebut, BASRI menemui Kemenpora dan Tim Transisi. “Tadi kami bertemu dengan sekretaris Menpora, pak Gatot S Dewa Broto, dan  Tim Transisi. Kami pun sepakat untuk menggulirkan wacana kompetisi Perserikatan. Paling tidak, kami ingin mulai gulirkan dalam dua atau tiga bulan ini,” beber Eddy.

“Kami ingin melihat tim-tim yang ada di Perserikatan bisa bangkit lagi. Untuk penyelenggaraannya, kami akan
merangkul Asprov PSSI dan Tim Transisi,” tambahnya.

Lebih lanjut, untuk format kompetisinya, Eddy menjelaskan bakal membaginya dengan beberapa tahap.
Mulai dari tingkat daerah, provinsi, hingga putaran final nasional.

“Kami akan membicarakan hal ini kepada pak Menteri dan teman-teman di daerah. Akan jauh lebih positif kompetisi perserikatan ini karena bisa menimbulkan kesolidan antardaerah. Kami sama sekali tidak membahas rencana soal ISC, karena itu bukan urusan kami. Nantinya, pemain yang terdaftar di liga profesional tidak bisa main di Perserikatan,” ujarnya.

“Biaya penyelenggaraannya tidak membebani Kemenpora. Kami akan mencari sponsor, dan selama ini klub-klub
Perserikatan mendapatkan dana dari APBD, jadi biarkan itu mereka mengelolanya sendiri,” pungkasnya.(RMO)

Leave a Reply