Aksi Kontribusi Mengubah Perspektif Dunia Literasi di Bumi Pertiwi
Oleh : Haqqiya Hurulayni Aliyyatuladni
Setiap orang memiliki jalannya masing-masing dalam berkontribusi untuk membangun Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik. Semua berawal dari mimpi, ide, gagasan, juga panggilan jiwa hingga melahirkan gerakan-gerakan baru untuk melakukan inovasi dalam rangka berkontribusi pada Indonesia. Tapi, hal-hal di atas tidak akan menjadi kontribusi nyata jika tidak difasilitasi dan ditindaklanjuti dengan tepat. Dalam hal ini, jurusan Ilmu Perpustakaan menjadi salah satu dari sekian banyak jurusan yang menawarkan ilmu yang dibutuhkan untuk menindaklanjuti mimpi dan ide-ide saya.
Pada awalnya semua karena rasa cinta saya pada buku. Rasa cinta ini tumbuh sejak kecil dan seiring waktu menjadi sadar betapa peran buku sangat besar dalam membangun karakter, juga mengubah pandangan hidup. Buku ibaratkan time machine (mesin waktu) yang membawa saya mengunjungi berbagai tempat, dan zaman yang berbeda, serta memberi tahu sesuatu yang sebelumnya belum pernah saya ketahui. Rasa cinta dan sadar itulah yang akhirnya melahirkan keinginan agar orang-orang di luar sana dapat merasakan hal yang sama seperti saya. Saya ingin ikut serta dalam memudahkan akses masyarakat terhadap buku dan melakukan kontribusi untuk menaikkan angka literasi di Indonesia.
Dilihat dari data yang diunggah oleh situs website perpustakan nasional, Indonesia berhasil menjadi negara ke-2 dengan jumlah perpustakan terbanyak di dunia, yaitu 164.610 perpustakan yang tersebar di seluruh pulau Indonesia. Namun itu semua tidak sebanding dengan tingkat literasinya. Peringkat literasi internasional berdasarkan data dari Central Connecticut State University (CSSU) tahun 2016, dalam kemampuan membaca dan menulis, masyarakat Indonesia berada di urutan ke-60 dari 61 negara
Ilmu perpustakaan yang kerap kali dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, terutama anak-anak muda menjadi satu hal yang membuat saya sadar bahwa image perpustakaan di mata mereka tidak begitu baik, terlebih dengan pustakawan yang berperan sebagai kekuatan sumber daya manusia di perpustakaan itu sendiri. Mereka menganggap hal-hal yang berkaitan dengan buku, perpustakaan, dan pustakawan merupakan hal kuno yang cenderung membosankan.
Dalam menyikapi hal ini, kontribusi yang ingin saya berikan pada Indonesia, jika saya menjadi lulusan ilmu perpustakaan adalah saya ingin menjadikan perpustakaan-perpustakaan di Indonesia menjadi perpustakaan yang hidup, bukan hanya ruangan mati yang diisi koleksi. Saya ingin perpustakaan menjadi hype anak-anak muda, ikon wisata yang dipromosikan dengan gencar, atau pembuatan film yang dilatar belakangi perpustakaan agar terbangun image bahwa generasi yang keren adalah generasi yang dekat dengan buku, perpustakaan, dan literasi.
Selain itu, ilmu pengelolaan perpustakaan yang saya dapatkan dari jurusan ini juga akan membantu saya untuk memahami dan menganalisis permasalahan pengelolaan perpustakaan di Indonesia sekaligus menjadi dasar untuk melakukan inovasi, baik dari segi sistem, desain, atau fasilitas. Saya pribadi berkeinginan agar perpustakaan bukan hanya diisi koleksi buku saja, tetapi di dalamnya diisi dengan berbagai macam kegiatan yang membangkitkan kreativitas dengan membentuk komunitas yang mewadahi aspirasi masyarakat. Tidak hanya itu, saya juga memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan yang ditujukan untuk masyarakat banyak. Saya ingin memberi kemudahan untuk mereka yang tidak terjangkau akses ke perpustakaan, seperti masyarakat yang jauh dari kota dan anak-anak jalanan agar dapat berpartisipasi dalam meningkatkan angka literasi, juga mengikuti pembelajaran yang akan saya adakan dengan mendatangkan relawan pengajar melalui taman baca atau perpustakaan yang saya buat nanti.
Dalam mewujudkan mimpi itu, sangat mustahil jika dilakukan sendiri. Melalui jurusan ilmu perpustakaan, saya akan bertemu dengan orang-orang yang memiliki gagasan dan ketertarikan yang sama sehingga bisa saling membangun untuk berkontribusi pada Indonesia dengan melakukan inovasi terhadap perpustakaan yang sudah ada, sekaligus membuat perpustakaan atau taman baca di daerah terpencil, dan menjadikannya sebagai tempat belajar untuk mereka yang tidak bisa mengenyam pendidikan. Bagi saya, hal ini bukan hanya sekedar kontribusi melainkan juga sebagai bentuk investasi untuk masa depan generasi bumi pertiwi. Jika buku adalah jendela dunia, maka saya akan menjadi tangga untuk mereka yang mau melihatnya.
“Perpustakaan yang buruk adalah membuat koleksi, perpustakaan yang bagus adalah membangun layanan, perpustakaan yang hebat adalah membangun komunitas.” – R. David Lankes
(ed/L)
Daftar Pustaka
Indonesia Meraih Peringkat ke-2 Negara dengan Jumlah Perpustakaan Terbanyak di Dunia. Dikutip dari www.covesia.com
Minat baca Indonesia Ada di Urutan ke-60 Dunia. Dikutip dari edukasi.kompas.com Benarkan Minat Baca Orang Indonesia Serendah ini. Dikutip dari news.detik.com
