Catatan Sepakbola: Berandai-andai Indra Sjafri Kembali ke Timnas U-19

Minggu, 25 Maret 2018 lalu, Stadion Utama Gelora Bung Karno sedikit “heboh”. Timnas Indonesia U-19, dipermak oleh Jepang U-19 dengan skor lumayan telak, 1-4. Padahal Tim “Garuda Muda” tampil full team, termasuk diperkuat sang bintang, Egy Mulana Vikry, yang beberapa hari sebelumnya resmi bergabung dengan klub Polandia.

Sejatinya, jika bicara Timnas dalam tingkatan usia manapun, bahkan sampai level senior, kalah dari Jepang sebenarnya bukan hal mengejutkan. Karena faktanya, Timnas Jepang yang sudah level dunia, memang bukan tandingan bagi Timnas Indonesia yang masih sibuk memburu gelar juara AFF.

Walaupun begitu, publik sepertinya tak bisa menerima hal tersebut. Karena kekalahan 1-4 dirumah sendiri dihadapan puluhan ribu penonton, adalah sesuatu yang sulit dicarikan argumennya. Tak ayal pelatih Bima Sakti, jadi pihak yang tersudutkan.

Ditengah kegalauan akibat kekalahan itu, publik ingat satu sosok nama, siapa lagi kalau bukan Sang mantan pelatih, Indra Sjafri. Penonton pun ramai-ramai meneriakan nama Indra Sjafri.

Begitupun di Medsos, ada juga suara yang meminta agar Indra Sjafri yang sebelumnya dipecat, agar kembali dipanggil ke Timnas U-19. Publik merasa, untuk Timnas U-19 tidak ada pelatih yang lebih pas duduk disana selain nama pelatih berkumis asal Sumatra Barat itu.

Harus diakui sebagian publik nampaknya belum bisa move on, dengan cerita sukses Indra sejak era Evan Dimas juara Piala AFF U-19 2013, sampai mengalahkan Korsel di Kualifikasi Piala Asia U-19 2014.

Begitupun episode kedua Indra di Timnas U-19 bersama Egy Maulana Vikry dan kawan-kawan. Makanya Indra tetap dianggap “dewa” yang paling pantas menukangi Timnas U-19.

Padahal, kalau lebih realistis Indra juga pernah gagal, baik di Piala Asia U-19 2014, maupun di Piala AFF U-19 2018 dan kualifikasi Piala Asia U-19 2018. Bahkan ada menyebut, Indra hanya menang di style dan motivasi, tapi miskin strategi, terkadang gaje alias gak jelas.

Saat kalah telak 1-4 dari Malaysia di laga Grup F kualifikasi Piala Asia U-19 di Korea Selatan misalnya. Walaupun pertandingan kualifikasi itu formalitas belaka karena Indonesia sudah pasti lolos ke putaran final karena status tuan rumah, tapi Indra seperti lupa bahwa melawan Malaysia adalah sebuah gengsi yang harus dijaga.

Timnas Indonesia Kalah dari Malaysia adalah “dosa” bagi sebagian publik sepakbola Indonesia. Tapi untuk laga sevital itu, Indra justru mengacak-acak skuadnya untuk diturunkan, seolah melawan Malaysia adalah sebuah eksperimen belaka. Bahkan seorang Egy Maulana Vikri pun dicadangkan. Inilah yang membuat PSSI gerah, dan menilai Indra hanya biasa-biasa saja.

Pertanyaannya sekarang, apakah Indra akan kembali ke Timnas U-19? Sejauh ini PSSI belum memberikan sinyal. Apakah akan tetap mempercayakan Timnas U-19 kepada Bima atau ada pelatih baru yang akan masuk karena tetap menganggap Indra tak istimewa. Atau, PSSI akan memanggil si kumis kembali ke kursinya.

Yang pasti, jika PSSI berbesar hati memberi peluang pada Indra untuk kembali, pasti akan disertai catatan-catatan. Karena alasan pemecatan Indra oleh PSSI waktu itu juga diiringi berbagai catatan. Setengah kesal, Ketum PSSI Edy Rahmayadi menyebut jelang dipecat, nasib Indra Sjafri sudah berada diujung kaki.

Harmonisasi, mungkin itulah jadi kata kunci jika Indra Sjafri kembali ke Timnas U-19. Hubungan yang harmonis antara pelatih dengan federasi adalah sesuatu yang harus tercipta, jika menginginkan suasana kerja dan hasil bagus untuk Timnas.

Karena desas-desusnya, kubu PSSI juga kurang sreg dengan style Indra yang terlalu ceplas-ceplos. Disaat PSSI ingin merubah diri dan serius menjalankan program-programnya, serta mengembalikan organisasi berjalan di relnya, Indra kerap membuat gerah PSSI dengan sikap dan komentar-komentarnya.

Bahkan ada yang menyebut, PSSI juga kurang suka dengan gaya Indra yang cenderung ingin populer sendiri. Bahasa politiknya, kurang-kurangi aksi pencitraan diri. Karena PSSI ingin, dalam bertugas Indra menempatkan Timnas diatas segalanya, ketimbang jaga image dan mementingkan popularitas pribadinya.

Entahlah, apakah Indra sadar betul publik berpihak padanya, yang jelas dia santai saja saat dipecat. Tapi jika dilihat gelagatnya, kemungkinan Indra dipanggil PSSI kembali ke Timnas U-19 cukup besar.

PSSI pasti juga tak mau dibully, karena ada agenda besar Timnas U-19 tahun 2018, dimana Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Asia U-19 2018. Untuk ajang sebesar itu, publik akan merasa “aneh” jika bukan Indra Sjafri yang berada di bench tim.

So, mungkin harmonisasi itu harus secepatnya diwujudkan. Karena kepentingan Timnas adalah diatas segalanya. Karena ini menyangkut masalah nama negara dan Timnas. Publik jelas tak ingin melihat Egy Maulana Vikri dan kolega, menjadi bulan-bulanan di rumah sendiri.

Walau begitu, tak ada jaminan jika Indra masuk lagi akan membuat Timnas U-19 akan lebih baik. Juga tak ada garansi, jika semisal Timnas U-19 tertemu lagi dengan Jepang di putaran final Piala Asia U-19 2018, “Garuda Muda” akan balik memukul 4-1.

Yang ada adalah, jika kalah lagi, walau sudah dengan Indra Sjafri sebagai pelatih, publik dipastikan tak akan heboh dengan meneriakan nama Bima Sakti di Stadion.(*)

Penulis: Rizal Marajo