Cegah Karhutla, Apel Siaga Karhutla Momentum Sinergi antar Daerah

KabarUtama30 Views

Pessel, Kabarin.co– Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Mahyeldi Ansharullah mengingatkan agar sejumlah daerah di wilayah itu siaga potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) pada periode musim kemarau tahun 2023 ini.

Penegasan ini dia sampaikan saat memimpin kegiatan Apel Siaga Pengendalian Karhutla Tingkat Provinsi Sumbar 2023 di Pantai Sago, Kabupaten Pesisir Selatan, Senin (13/3/2023). Apel tersebut diselenggarakan selama tiga hari, Sabtu – Senin (11-13, 3/2023) dan diikuti ratusan peserta dari stakeholder terkait.

Saat memimpin Apel Gubernur Mahyeldi mengungkapkan, potensi Karhutla pada tahun ini perlu ditekan dengan memperkuatkan koordinasi pihak terkait dan masyarakat di lapangan. Terlebih jelas dia, berkaca dari data tahun 2022, Sumbar merupakan provinsi dengan kejadian bencana Karhutla tertinggi di wilayah Pulau Sumatra.

“Pada tahun 2022 Sumbar mengalami peningkatan kejadian Karhutla cukup tajam mencapai 9.883 hektare. Ini menjadi yang tertinggi di Sumatra, dengan kabupaten/kota tertinggi Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Pasaman dan Pasaman Barat,” ungkap Mahyeldi.

Tingginya risiko Karhutla Sumbar tidak terlepas dari luasnya kawasan hutan Sumbar yang mencapai 2.286.883 hektare, dengan sekitar 1.521.260 hektare jadi kewenangan provinsi. Hal ini pun telah dibahas saat hasil rapat koordinasi khusus penanggulangan Karhutla pada tanggal 20 januari 2023 yang lalu di Jakarta.

Karena begitu luas, Gubernur meminta pada tahun anggaran 2023, seluruh instansi terkait menyiapkan langkah-langkah dan pendanaan terkait upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Sumbar.

Arahan tersebut ditujukan Gubernur, kepada seluruh Kepala Daerah, Dinas Kehutanan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) se Sumbar, agar mereka menjadi lebih siap dalam menghadapi berbagai kemungkinan terkait Karhutla pada

Gubernur mengakui, memang selama ini persoalan pengendalian Karhutla seringkali terhambat karena disebabkan masalah klasik, yaitu tidak tersedianya anggaran. Hal itulah yang perlu disiasati sedari awal sebelum kejadian.

“Ini perlu kita ingatkan, agar operasional pengendalian Karhutla tidak terabaikan karena alasan klasik seperti tidak tersedianya anggaran yang cukup. Kedepan hal yang sama jangan terulang kembali,” tegas Mahyeldi saat menjadi pemimpin Apel.

“Sebagai bentuk kesiapsiagaan daerah, maka hari ini kita menggelar, kegiatan apel siaga Karhutla, kita pastikan agar semua stakeholder paham dan bisa menyiapkan solusi,” tambah Mahyeldi.

Selain itu, Mahyeldi juga mengingatkan sebagaimana prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kalau tahun 2023 akan lebih kering dibandingkan tahun 2022, sehingga diperkirakan akan terjadi peningkatan Karhutla seperti tahun 2019. Penurunan potensi hujan tersebut, akan menyebabkan peningkatan kerawanan Karhutla.

Sebelumnya pekan lalu BMKG telah memprediksi musim kemarau tahun 2023 di Indonesia akan tiba lebih awal dari sebelumnya. Untuk menyikapi kondisi tersebut, masyarakat di daerah diminta mewaspadai peningkatan risiko bencana kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Puncak musim kemarau diprediksi terjadi di bulan Agustus mendatang. BMKG juga menginformasikan kalau curah hujan yang turun selama musim kemarau diprediksi akan normal hingga lebih kering dibandingkan biasanya.

Sementara itu Kepala Dinas Kehutanan Sumbar, Yozarwardi Usama Putra mengungkapkan, pihaknya terus melakukan koordinasi dengan BMKG, terutama data curah hujan dan juga potensi Karhutla.

“Sesuai arahan pak gubernur kita harus meningkatkan kesiapsiagaan untuk mengendalikan Karhutla di Sumbar, salah satunya dengan Apel ini,” ujar dia.

Yozarwardi juga mengungkapkan pihaknya sudah membuat peta kerawanan Karhutla berdasarkan data terbaru dari seluruh UPTD KPH dan KPHL . Selain itu pihaknya juga melakukan mitigasi dengan melakukan patroli Karhutla dengan mengikutsertakan Masyarakat Peduli Api (MPA) di tingkat lokal.

Selain itu juga dilakukan patroli bersama stakeholder terkait seperti TNI, Polri, BPBD. Patroli ini juga sekaligus sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya menjadi kawasan hutan dari kebakaran.(*)