Dilema Sang Kapten Lionel Messi Di Barcelona

Sepakbola38 Views

kabarin.co, Jakarta – Lionel Messi ada di titik terendah dalam kariernya di Barcelona bila dilihat dari sudut pandang raihan gelar. Namun Messi tak akan bisa begitu saja mengambil solusi dengan memilih keluar dari Barcelona.

Bayern Munchen memastikan Barcelona gigit jari musim ini dengan cara paling meyakinkan. Lewat skor 8-2, Barcelona tak akan lagi punya alasan di balik kekalahan dan kegagalan di Liga Champions tersebut.

Barcelona benar-benar kalah telak, Hancur, Lebur.

Di tengah-tengah kegagalan meraih trofi musim ini, pertama sejak musim 2007/2008, rumor Messi bakal keluar dari Barcelona makin gencar beredar. Rumor tersebut sendiri sudah mulai nyaring terdengar sejak beberapa bulan lalu.

Dilema Sang Kapten Lionel Messi Di Barcelona

Messi mulai sering dikabarkan tidak nyaman dengan keputusan manajemen soal perekrutan pemain hingga bersitegang dengan jajaran manajemen seperti Eric Abidal.

Barcelona's Lionel Messi, second left, celebrates with his teammates his goal against Osasuna during a Spanish La Liga soccer match between Barcelona and Osasuna at the Camp Nou stadium in Barcelona, Spain, Thursday, July 16, 2020. (AP Photo/Joan Monfort)
Lionel Messi menanggung beban berat sebagai motor Barcelona di musim ini. ( AP/Joan Monfort)

Messi selalu jadi pusat keributan dengan alasan menginginkan Barcelona jadi tim yang kembali kompetitif meski hal itu seringkali dibantah.

Barcelona memang sudah lima tahun tidak memenangkan Liga Champions, namun mereka masih berkuasa di Liga Spanyol musim lalu. Di musim ini, Barcelona benar-benar harus gigit jari.

Mereka kalah dari Real Madrid yang sejatinya juga tidak tampil bagus secara konsisten di musim ini.

Kontrak Messi di Barcelona bakal berakhir di 2021. Sempat ada klausul yang mengizinkan Messi pergi dari Barcelona di tahun ini tanpa biaya transfer namun klausul tersebut tidak diaktifkan dan sudah kadaluarsa pada bulan lalu.

Setelah Barcelona hancur di tangan Munchen, rumor kepergian Messi dari Barcelona kembali beredar. Messi sudah terlihat frustrasi melihat Barcelona yang kesulitan mengambil langkah maju ke depan.

Skuat Barcelona musim ini memang terlihat makin tua. Dalam starting line up lawan Munchen, rata-rata usia Barcelona ada di atas 29 tahun.

Rekan-rekan pendamping Messi macam Luis Suarez, Sergio Busquets, Gerard Pique, hingga Jordi Alba sudah makin tua. Antoine Griezmann, Ousmane Dembele, hingga Sergi Roberto pun tidak bisa memberikan perbedaan.

Sepeninggal Xavi Hernandez dan Andres Iniesta, Barcelona benar-benar tak bisa menemukan pengganti sepadan. Proses regenerasi yang dilakukan tak berjalan lancar. Kualitas Barcelona terus menurun meski Messi sudah berusaha menopang Barcelona sekuat tenaga.

Barcelona's Antoine Griezmann, right, is congratulated by teammate Lionel Messi after scoring his side third goal during the Spanish La Liga soccer match between FC Barcelona and Villareal at La Ceramica stadium in Villareal, Spain, Sunday, July 5, 2020. (AP Photo/Jose Miguel Fernandez)Kehadiran pemain baru seperti Antoine Griezmann tidak banyak membantu kinerja Lionel Messi musim ini. ( AP/Jose Miguel Fernandez)

Messi Dinanti Caci Maki

Lewat catatan 33 gol dan 26 assist, musim yang dimiliki Messi jelas jauh dari kata buruk. Messi tetap punya penampilan di level atas, apalagi bila menimbang ia sempat terganggu cedera di awal musim.

Namun dalam sudut pandang lainnya, mengangkat tim secara keseluruhan, Messi gagal melakukannya. Barcelona untuk pertama kali gigit jari dan Messi dianggap gagal.

Sebagai pemain yang bergelimang gelar di klub, kegagalan musim ini memang terasa sangat tak nyaman bagi Messi. Kekalahan telak dari Munchen di Liga Champions, belum lagi bayang-bayang buruk kalah dari Liverpool dan AS Roma setelah unggul di leg pertama dua musim terakhir, seolah menjadi bukti kuat Barcelona tak lagi mampu bersaing di Liga Champions.

Barcelona's Lionel Messi grimaces in pain during the Spanish La Liga soccer match between RCD Espanyol and Real Madrid at the Cornella-El Prat stadium in Barcelona, Spain, Sunday, June 28, 2020. (AP Photo/Joan Monfort)
Lionel Messi gagal mengecap gelar juara bersama Barcelona musim ini. ( AP/Joan Monfort)

Sebagai kapten, Messi jelas sangat berhak menyuarakan perbaikan. Namun ketika ancaman keluar dari klub akhirnya benar-benar dilakukan, Messi jelas tak akan memperbaiki keadaan.

Dalam ukuran pemain klub, Messi adalah sosok yang nyaris sempurna. Ia terus-menerus memenangkan gelar dari tahun ke tahun, baik untuk Barcelona maupun gelar individu. Messi sudah punya setumpuk gelar yang bisa ia banggakan sebagai bukti kehebatan.

Dengan latar belakang seperti itu, kegagalan Messi yang akhirnya terjadi justru jadi bagian yang jauh lebih menarik dibandingkan irama monoton keberhasilan Messi memenangkan gelar demi gelar.

Banyak yang kemudian terbuai oleh asumsi bahwa Messi dan Barcelona sudah habis, meskipun baru satu musim ini mereka hampa gelar.

Dalam sejarah panjang sepak bola, banyak tim besar yang hampa gelar dalam beberapa musim. Banyak pemain hebat yang tak memenangi gelar selama bertahun-tahun.

Berkaca pada hal itu, keluar dari Barcelona jelas bukan jadi solusi yang bakal menenangkan Messi.

Ketika Messi memutuskan melangkah keluar, ia pasti sudah ditunggu oleh caci maki. Banyak yang dengan sabar menanti melontarkan kalimat,’Messi mudah menyerah’, ‘Messi kabur dari Barcelona ketika terpuruk’, dan kalimat-kalimat negatif lainnya.

Andaikan ada komentar positif, kemungkinan besar itu hanya berasal dari pendukung klub baru Messi nantinya.

Messi benar-benar seperti terpenjara dan tengah menderita di Barcelona.

Barcelona's head coach Quique Setien gives an interview on the pitch before a training session at the Luz stadium in Lisbon, Thursday Aug. 13, 2020. Barcelona will play Bayern Munich in a Champions League quarterfinals soccer match on Friday. (AP Photo/Manu Fernandez, Pool)Pergantian pelatih ke Quique Setien tidak memberikan dampak positif untuk Barcelona. ( AP/Manu Fernandez)

Sebagai sosok pemain, Messi sudah terlalu identik dengan loyalitas. Ia ada di level yang sama dengan Paolo Maldini, Ryan Giggs, dan Steven Gerrard. Messi besar di Barcelona dan diyakini bakal mengakhiri karier di Blaugrana.

Beda halnya dengan Cristiano Ronaldo yang memang sudah terbiasa pindah klub sejak awal karier. Karena itu kepergian Ronaldo ke Juventus dua tahun lalu tidak terlalu terasa janggal meski tetap mengejutkan.

Meski Messi nantinya mengeluarkan argumen untuk mencari tantangan baru, semua sadar bahwa Messi pergi ketika Barcelona terpuruk. Pertentangan macam itu tak terjadi andai Messi pergi saat Barcelona benar-benar berada di kondisi puncak, sesuatu yang tak ada di kubu Barcelona saat ini.

Dalam kondisi seperti ini, justru kepemimpinan Messi mendapat ujian. Ia harus bisa jadi sosok yang membangkitkan klub kesayangannya ini dari keterpurukan. Meski banyak lubang di sana-sini yang harus diperbaiki, Messi harus bertahan dan jadi pemimpin untuk melalui jalan terjal yang ada di hadapan mereka.

Semua bakal terasa lebih manis bila akhirnya Messi bisa melihat Barcelona kembali lagi berjaya sebelum ia gantung sepatu. Hal itu jauh lebih menarik dibandingkan Messi pergi membela klub lain dan akhirnya kembali jadi pemenang kompetisi domestik dan Liga Champions.

Andai Messi tak lagi mampu membangkitkan Barcelona sampai ia pensiun di Camp Nou pun, ia tetap bakal jadi pemenang. Messi tetap menang lewat loyalitasnya bertahan bersama klub yang telah mengasah dirinya jadi pemain terbaik dunia, baik saat terang maupun kelam.

(cnn)