Gempa Guncang Mentawai, Fasum Rusak, Warga Trauma

KabarUtama11 Views

Kabarin.co, Mentawai – Sebanyak tiga kali berturut-turut Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat dihoyak gempa berkekuatan di atas 5 magnitudo (M) pada Senin, (29/8/2022).

Berdasarkan informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), rentetan gempa tersebut awalnya pada pukul 00.04 WIB dengan kekuatan 5,2 magnitudo. Lalu pukul 05.34 WIB dengan kekuatan 5,9 magnitudo, dan terakhir pada pukul 10.29 WIB dengan kekuatan 6,4 magnitudo.

Guncangan gempa dengan kedalaman 10-14 kilometer tersebut dirasakan cukup kuat sekitar 3-5 detik oleh masyarakat Kepulauan Mentawai. Selain itu, gempa ini meliputi Siberut Utara (V-VI MMI), Tuapejat, Painan (III-IV MMI), Kota Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, Solok, dan Solok Selatan (II-III MMI).

“Tidak berpotensi Tsunami, namun warga Desa Simalegi, Kecamatan Siberut Barat sempat evakuasi secara mandiri ke daratan tinggi usai gempa,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam siaran persnya.

Pascagempa, personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Mentawai turun langsung ke lapangan untuk monitoring, asesmen lapangan, dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. Apabila ada perkembangan informasi di lapangan maka akan diperbarui secara berkala.

Berdasarkan hasil asesmen awal BPBD Kepulauan Mentawai, dilaporkan adanya kerusakan ringan bangunan di Pulau Siberut berupa retakan di dinding gedung dan beberapa bagian langit-langit. Selain itu, hingga saat ini belum ada laporan terkait adanya korban jiwa.

Kendati kondisi atau situasi saat ini aman dan terkendali, untuk sementara dilaporkan berdampak terhadap sejumlah fasilitas umum, di antaranya 1 unit SMPN 3 Simalegi, 1 unit Puskesmas Betaet, dan satu unit Rumah Ibadah (gereja) yang mengalami kerusakan ringan.

Ratusan Warga Mengungsi

 

Akibat gempa di atas 5 magnitudo tiga kali berturut-turut, sebanyak 494 kepala keluarga (KK) di Desa Simalegi, Kecamatan Siberut Barat, Kabupaten Kepulauan Mentawai terpaksa mengungsi di titik aman atau daerah ketinggian.

Data dari Pusdalops PB BPBD Sumatera Barat, 494 KK itu terbagi di tujuh dusun di Desa Simalegi. Rinciannya, Dusun Saboilogkat total 68 jiwa (18 KK), yakni laki-laki 34 jiwa dan perempuan 34 jiwa, Dusun Sute’uleu sebanyak 189 jiwa (42 KK), yakni laki-laki 101 jiwa dan perempuan 88 jiwa, serta Dusun Muara Selatan sebanyak 257 jiwa (57 KK), yakni laki-laki 137 jiwa dan perempuan 120 jiwa.

Lalu, Dusun Muara Utara total 269 jiwa (63 KK), yakni laki-laki 131 jiwa dan perempuan 138 jiwa, Dusun Betaet Utara total 528 jiwa (102 KK), yakni laki-laki 315 jiwa dan perempuan 213 jiwa, Dusun Betaet Selatan sebanyak 704 jiwa (144 KK), yakni laki-laki 313 jiwa dan perempuan 391 jiwa, serta Dusun Sakaladhat total 311 jiwa (68 KK), yakni laki-laki 157 jiwa dan perempuan 154 jiwa.

Ratusan KK itu pasca kejadian terpaksa mengungsi di posko pengungsian yang dibangun NGO, di rumah pendudukan dan kebun masyarakat yang berada di ketinggian. Mereka membutuhkan bantuan berupa alat penerangan, tenda, tikar, selimut, dan bahan makanan siap saji.

“Kita sudah berkoordinasi dengan pihak BPBD Kepulauan Mentawai, kondisi saat ini aman dan terkendali. Kita terus memantau perkembangannya,” kata Kalaksa BPBD Sumbar, Jumaidi saat dihubungi.

Jumaidi juga terus mengimbau, agar masyarakat Kepulauan Mentawai dan sekitarnya tetap waspada atau siaga dengan segala kemungkinan. Misalnya memperhatikan penempatkan barang di dalam rumah agar tidak menghalangi ketika evakuasi keluar rumah, atau evakuasi mandiri ke tempat aman jika terjadi gempa yang berisiko mengancam nyawa.

Selain itu, Jumaidi juga terus mewanti-mewanti kepada seluruh masyarakat Sumbar, terutama bagi yang bermukim di kawasan pantai serta perbukitan agar tetap siaga terhadap bencana banjir dan longsor. Apalagi, cuaca di sejumlah daerah Sumbar akhir-akhir ini sering diguyur hujan, baik intensitas ringan, sedang, maunpun lebat.(*)