Hancurnya Hati Sang Ibu, Histeris Bikin Geger Tetangga Saat Tahu Pemeran Video Porno adalah Putrinya

kabarin.co – Hati ibu mana yang tidak akan hancur berkeping-keping, ketika melihat video mesum anak remaja, karena yang menjadi pemerannya adalah putrinya sendiri.

Itulah yang terjadi saat Warganet dihebohkan dengan kasus video porno yang diduga diperankan oleh dua pelajar di Semarang, Jawa Tengah. Pelaku dalam video porno diduga diperankan oleh pelajar cowok yaitu LF (15) siswa SMP Negeri di Pringapus, Semarang. Sedangkan pemeran cewek adalah FA (16) siswi kelas 2 sebuah SMK di Pringapus juga.

Kini kasus tersebut sedang ditangani oleh Kasat Reskrim Polres Semarang, AKP Yusi Andi Sukmana. Dia menuturkan pihaknya tengah melakukan penyelidikan. “Kami akan memanggil yang bersangkutan untuk klarifikasi,” terangnya.

Dikarenakan dua pelaku masih di bawah umur, sehingga dalam penyelidikan ini polisi melibatkan banyak pihak, termasuk orangtua.

Tapi yang membuat terenyuh adalah, ibunda siswi SMK yang menjadi pelaku video porno itu teriak histeris sejadi-jadinya saat mengetahui video itu. Ibunda mengetahui video porno itu dari teman perempuan anaknya.

Ia menjerit saat melihat video itu ternyata pelakunya adalah anak kandungnya sendiri. Karena teriak histeris dan menangis menjerit-jerit itu membuat tetangga penasaran. Tetangga pun berdatangan menghampiri ibunda “korban perempuan” dalam video itu.

Apalagi orangtua atau ayah dari siswi itu adalah termasuk orang terpandang di desanya di kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

Sejak Desember 2017, berita tersebarnya video porno tersebut telah menjadi konsumsi pelajar di Kabupaten Semarang. Yang lebih miris lagi, sejumlah pelajar mengaku sudah menonton video porno itu.

Hal ini lantaran video itu tersebar dari ponsel ke ponsel. “Saya dan teman-teman sudah tahu sejak Desember 2017,” ujar salah satu teman dari pelaku. Video berdurasi tiga menit itu diperkirakan dibuat pada November 2017.

Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang mengaku prihatin atas kejadian tersebut. Taufikurahman menjelaskan Pemkab Semarang bertanggungjawab pada pelajar SMP, sedangkan pelajar SMK adalah ranah Pemprov Jawa Tengah.

Meski begitu, pihaknya telah mendapatkan laporan bahwa orangtua dari pelajar SMP menawarkan diri untuk mendidik anak di rumah. “Hal serupa (mendidik anak di rumah, red) juga saya dengar dilakukan oleh orang tua dari pelajar putri,” imbuhnya.

Sementara pihaknya mencoba melakukan tindakan agar peristiwa itu tidak terulang kembali dengan program penguatan karakter.(*/trb)