I Nyoman Kalor, “Hercules” dari Bali yang Enteng Saja Angkat Motor Sendirian Menghadang Ombak

kabarin.co – Sejak 10 tahun yang lalu I Nyoman Kalor bekerja di penyeberangan Sanur-Nusa Penida menjadi tukang angkut barang. Ibarat superhero atau tokoh mitologi Hercules yang berkekuatan super, Kalor bisa mengangkat satu sepeda motor dengan entengnya seorang diri.

Meski tak menentu, sebenarnya penghasilan Kalor lumayan. Bahkan dia dapat menguliahkan empat anaknya dan salah satu sampai S2.

Kalor mengungkapkan berawal dari coba-coba untuk membantu mengangkat motor ke kapal. Sebab ia merasakan kasihan jika motor penumpang kapal yang lama menunggu orang untuk bisa mengangkatnya.

“Awalnya ya coba-coba saja, tetapi saya belajar untuk menjaga keseimbangan beban motor itu dan melihat situasi ombak. Sebab ombak dan keseimbangan adalah kunci utamanya mengangkat beban yang berat itu,” jelasnya kepada seperti dikutip Bali Express di Sanur.

Dia menjelaskan, beras yang seberat 100 kilogram saja mampu diangkatnya dan dipindahkan menuju kapal. Dengan logika seperti itu, motor yang beratnya tidak jauh beda pun harusnya bisa.

Sejak itulah ia terus mencoba sehingga menjadi sebuah kebiasaan. Bahkan di sana ia dikenal dengan pria yang mempunyai keahlian mengangkat barang yang banyak dan mengangkat motor.

Dalam sehari ia mengatakan bisa dua sampai tiga kali ada motor yang dipindahkan menuju kapal. Tentu dalam hal itu Kalor dipengaruhi oleh kondisi ombak.

Sebab ketika air ombak yang tidak mendukung harus mencari celah dan ancang-ancang agar keseimbangan tetap bisa dipertahankan. Sehingga dapat memindahkan motor dengan lancar tanpada ada kendala dari sebuah ombak.

Selama 10 tahun bekerja seperti itu, Kalor memiliki empat anak dan semuanya masih mengenyam pendidikan. “Anak pertama sampai ke tiga sudah kuliah di salah satu kampus swasta di Denpasar, sedangkan yang bungsu masih SMA.

Tetapi yang paling besar baru tahun lalu wisuda dan sekarang masih melanjutkan kuliah S2, ya target lagi dua tahun lagi selesai,” tandas pria asli Nusa Penida tersebut.

Di sana ia bekerja tidak di bawah sebuah perusahaan, tetapi di bawah kepengurusan desa setempat. Sehingga jamnya bekerja sejak pagi hari membersihkan tempat penjualan tiket milik desa, baru selanjutnya bisa bekerja mengangkat barang penumpang.

Dalam sehari Kalor mengaku mendapatkan uang sebesar Rp500 ribu. Sedangkan sekali angkut barang tidak ada patokan, namun untuk mengangkut motor itu ia menjelaskan bisa diberi Rp50 ribu hingga Rp100 ribu. Hal itu tergantung situasi ombak yang ada.

“Ya namanya juga jadi buruh angkut barang yang berhubungan langsung dengan ombak, itu risiko saya untuk bisa berpikir dan mencari celah-celah pada gelombang laut yang menghantam.”

“Karena ketika motornya jatuh kan kasihan juga yang punya, tapi belum pernah terjadi. Sampai saat ini masih bisa dikendalikan,” imbuhnya.(*/pjs)