Ilmuan Indonesia Paparkan Penelitian Kanker di London

Kesehatan12 Views

kabarin.co – University College London,  MD Anderson Cancer Center The University of Texas, The Lancet Oncology dan The Limits menggelar menggelar konferensi ilmiah tentang kanker dengan tema “Accelerating Cancer Immunotherapy” di Royal College of Physician, London pada tanggal 29 hingga 30 Maret 2017. Acara tersebut diikuti oleh 280 peserta yang terdiri dari ahli immunoterapi, klinisi dan mahasiswa doktoral dari 25 negara.

Salah satu pembahasan poster ilmiah dalam acara tersebut adalah temuan alat terapi kanker Doktor Warsito Electro Capacitive Cancer Treatment (ECCT), yang dibawakan oleh Ilmuan asal Indonesia yaitu Firman Alamsyah. Presentasi poster yang disampaikan Firman diumumkan di forum conference dan menjadi perhatian para peserta konferensi.

Ilmuan Indonesia Paparkan Penelitian Kanker di London

Firman adalah satu dari 15 peneliti kanker di dunia yang dipilih EACR (European Association for Cancer Research) untuk menjadi duta EACR dalam konferensi ini. Ia juga menjadi satu-satunya presenter dari Indonesia dengan judul penelitian “Cancer cell death and induced local immune reaction under non-contact electric fields”. 

“Penelitian saya tentang kematian sel kanker karena paparan medan listrik non-kontak dari ECCT yang juga menginduksi respon sel imun di sekitar jaringan sel kanker yang mati karena medan listrik ECCT.” Kata Firman yang merupakan lulusan program doktoral multidisciplinary science University of Tokyo. Firman menyelesaikan studi master bioteknologi di ITB dan sarjana biokimia di UGM.

“ECCT punya potensi membuat cold tumor jadi hot tumor yang bisa dideteksi sel imun. Kanker invisible buat sistem imun karena sel kanker tidak mengeluarkan molekul signal yang bisa dideteksi oleh sel imun.” Katanya

“Strategi yg dibuat immunotherapy adalah dengan teknik immune checkpoint blockade dengan membuat antibodi pada satu reseptor yang ada di sel kanker sehingga sel kanker bisa visible buat sistem imun.” Tambahnya.

Firman menambahkan bahwa teknik ini juga mempunyai masalah karena mengganggu pathway dari jalur reseptor lainnya yang bisa membuat sel kanker berkembang. ECCT bisa memberikan signal ke sistem imun dengan apoptosis sel kanker yang membuat perubahan microenvironment di sekitar sel kanker, dimana signal apoptosis ini membuat perubahan fenotip pada macrophage M2 (progression role) menjadi M1 (phagocyte role).

Sel imun yang diinduksi adalah sel limfosit dan sel makrofag. Dalam immunoterapi, sel T limfosit dan sel makrofag berfungsi untuk menghancurkan sel kanker dan sel-sel yang mengalami apoptosis atau program kematian sel.

Sel-sel kanker yang mengalami apoptosis oleh medan listrik ECCT akan dihancurkan oleh sel-sel makrofag secara alami. Sel-sel makrofag juga akan menarik sel T limfosit untuk ikut menghancurkan sel-sel kanker. Oleh karenanya, ECCT selain secara langsung menghancurkan sel kanker, juga mempunyai potensi untuk menginduksi sel-sel imun yang berperan dalam membersihkan sel-sel

kanker yang mati secara alami. Penelitian tentang pengaruh medan listrik terhadap induksi sel imun ini akan dilanjutkan bersama tim peneliti dari Fakultas Biologi UGM.

“Fokus riset ECCT tidak jauh dengan immunotherapy yang sekarang berkembang di Eropa dan Amerika” Kata Firman.

“Penelitian ECCT sangat menjanjikan untuk dilanjutkan dan harus terus didukung oleh pemerintah sehingga bisa menjadi solusi terapi kanker. Saat ini penelitian lanjutan in vivo dan in vitro mengenai ECCT sedang dilakukan di FKUI dengan dukungan pembiayaan dari Kemenristekdikti” ujar Firman

Data Riskesdas Kemenkes menunjukkan prevalensi kanker mencapai 4,3 per 1.000 orang pada tahun 2013, atau diperkirakan terdapat 1 juta orang penderita kanker. Apalagi menurut data yang ada saat ini kapasitas fasilitas pelayanan kesehatan untuk kanker baru bisa melayani 15% pasien yang ada di Indonesia dan kebanyakan terpusat di Pulau Jawa

Sedangkan alat kesehatan di Indonesia 94% berasal dari impor. Alat kesehatan dengan teknologi tinggi belum banyak berkembang di Indonesia karena penelitian eksperimentalnya butuh biaya besar, waktu yang lama, hasil yang tidak pasti dan kerja sama banyak pihak. (epr)

Baca Juga:

Meski Jarang, Kanker Ini Sangat Mungkin Dialami Pria, Ketahui Cara Pencegahannya

Bekerja Keras Jangan Korbankan Kesehatan, Wanita Rawan Kena Jantung dan Kanker

Manfaat Daun Pepaya Untuk Memperlambat Pertumbuhan Sel Kanker