IMF Katakan Brexit Tidak Akan Memicu Resesi Ekonomi Global, Benarkah?

Keuangan11 Views

kabarin.co – Masih ingat peristiwa krisis moneter tahun 1997? Krisis finansial yang bermula di Thailand itu merembet hampir ke seluruh negara Asia Timur dan berdampak parah terhadap kestabilan perekonomian Asia Tenggara terutama Indonesia.

Krisis Asia berpengaruh ke mata uang, pasar saham, dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia. Indonesia, Thailand, dan Malaysia, tergoncang hebat karena secara tiba-tiba harga tukar dolar melonjak tinggi. Ribuan perusahaan bangkrut dan jutaan orang menjadi penganggur.

Beberapa negara dapat menahan ‘bencana keuangan’ itu karena memiliki pondasi ekonomi yang cukup baik, seperti Jepang dan Amerika, meski tidak hancur, tetap terpukul kuat.

Walaupun banyak faktor yang menyebabkan krisis moneter ini, namun salah satu sebab utamanya adalah perilaku para spekulan valuta asing yang telah memborong dolar Amerika.

Kemudian mereka menjualnya dengan harga tinggi sehingga nilai mata uang negara-negara ASEAN itu terpuruk. Spekulan uang terbesar pada era krisis tersebut adalah George Soros.

Soros dikenal memiliki kemampuan tinggi dalam berspekulasi di bidang perdagangan mata uang. Pada tahun 1982, dalam waktu singkat Soros berhasil meraup keuntungan 1,2 milyar dolar dalam perdagangan mata uang Poundsterling.

Akibatnya, sebagian perekonomian Inggris hancur. Iapun dijuluki sebagai “Pria Yang Menghancurkan Pound” (The Man Who Broke the Pound).

Menilik ke belakang di mana kondisi finansial dunia rentan dipengaruhi oleh ulah para spekulan yang bahkan seorang Soros dapat menggoyahkan ekonomi negara kuat seperti Inggris, maka tidak heran jika peristiwa Brexit pun dikhawatirkan bakal ditunggangi ulah spekulan yang mencari celah untuk mendapat keuntungan besar.

Ketua International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde memastikan British Exit (Brexit) tak akan menimbulkan dampak yang parah, seperti resesi ekonomi global.

Menurut dia, keputusan Inggris Raya keluar dari Uni Eropa memang menimbulkan gejolak dan ketidakpastian terhadap siklus ekonomi global.

“Namun tak akan pernah lebih buruk dari itu,” ujar Christine, seperti dilansir dari Channel News Asia, Jumat, 8 Juli 2016.

Christine menuturkan Brexit memang akan mengakibatkan risiko tekanan ekonomi yang signifikan di sejumlah negara dj dunia. “Dampak langsung terbesar akan dirasakan oleh Inggris sendiri,” katanya.

Menurut Christine, jika proses negosiasi pasca Brexit antara pemerintah Inggris dengan Dewan Uni Eropa semakin lama dilakukan, maka dampak ekonomi yang terjadi semakin buruk. “Semakin lama ketidakpastian maka risikonya semakin tinggi pula,” katanya.

Christine menyarankan Inggris segera menyelesaikan segala urusan pasca Brexit dan memberikan tenggat waktu. “Ini butuh segera diprediksi,” ucapnya.

Sejauh ini, Christine masih optimistis keputusan Brexit akan memberikan manfaat positif untuk mendorong pendalaman integrasi ekonomi Uni Eropa, jika dilakukan dengan pendekatan yang tepat. (mfs/tem)

Baca juga :

Menyusul Ketidakpastian Brexit, Saham Wall Street Tumbang

Soros: Ekonomi Uni Eropa akan Terguncang Pasca Brexit

Kelompok Anti Islam Kegirangan Ketika Inggris Keluar dari Uni Eropa