Jelang Babak 8 Besar; Semen Padang “Dilarang” Adu Penalti di Manahan Solo!

Penulis: Rizal Marajo

Stadion Manahan Solo, adalah salah satu tempat yang disebut-sebut cukup bersahabat bagi Semen Padang. Penyebnya tak lain tak bukan, karena rekor pertandingan Kabau Sirah di Stadion berkapasitas 35 ribu penonton ini lumayan bagus.

Sekarang, Semen Padang akan kembali mencoba peruntungan di Manahan, dalam laga babak 8 besar Piala Presiden 2017, yang akan berlangsung 25-26 Februari 2017.  Apakah Stadion yang mulai dioperasikan tahun 1998 ini masih akan menjadi tempat yang menguntungkan bagi Semen Padang?

Dalam enam laga terakhir di Manahan Solo, Semen Padang mampu mencatat tiga kali menang dalam waktu normal, sekali imbang, dan dua kali kalah melalui adu penalti!

Tiga kemenangan yang diraih Semen Padang di Manahan Solo, yang pertama adalah saat perebutan peringkat tiga Divisi Utama 2009/2010, Sabtu 29 Mei 2010. Melawan Persiram Raja Ampat, Semen Padang menang 1-0 melalui gol tunggal Edward Wilson Junior.

Kemenangan yang sangat bersejarah bagi Semen Padang, karena mengantarkan Semen Padang promosi Liga Super Indonesia. Sejak itu eksistensi Semen Padang terjaga di liga kasta tertinggi sepakbola Indonesia itu.

48 jam sebelumnya sebelumnya di babak semifinal, Semen Padang kalah 2-4 melalui adu penalti melawan Deltras Sidoarjo, setelah bermain imbang tanpa gol. Kekalahan yang menyesakan dalam drama adu penalti ditengah guyuran hujan lebat itu, yang membuat impian lolos ke Liga super tertunda.

Laga berikut yang dijalani Semen Padang di Manahan Solo adalah melawan Persija Jakarta, 3 Juni 2011. Bertindak sebagai tim tamu dalam laga usiran melawan Persija Jakarta di kompetisi ISL 2010/2011, Semen Padang mampu menahan Persija 1-1. Sempat unggul melalui Suheri Daud, tapi aksi Greg Nwokolo memaksa Hengki Ardiles membuat gol bunuh diri.

Tiga laga Semen Padang berikutnya di Manahan Solo adalah babak 8 besar Piala Jenderal Sudirman 2015. Hasil manis didapatkan skuad Nilmaizar dalam tiga laga,  dan meraih tiket ke semifinal.

Menghadapi PS. TNI yang sedang jadi buah bibir, 12 Desember 2015, Semen Padang tampil cantik dan menang 2-1, lewat gol Ill Capitano Hengki Ardiles menit ke-37, dan penalti James KOko Lomell menit ke-73. TNI hanya mampu membalas satu gol lewat Dimas Drajat menit 76.

Laga berikutnya, 15 Desember 2015, Semen Padang kembali menang dengan skor 2-1, kali ini atas Mitra Kukar. Gol sontekan Vendry Mofu dan tendangan bebas Irsyad Maulana membawa Semen Padang unggul 2-0 di babak pertama. Gol bunuh diri Mamadou El Hadji menipiskan kekalahan Mitra Kukar di babak kedua.

Dua hari berikutnya, di laga ketiga Semen Padang bertemu Persija Jakarta. Hanya butuh hasil imbang untuk lolos ke semifinal, Semen Padang tancap gas unggul dua gol melalui penalti James Koko Lomell dan aksi indah Hendra Adi Bayauw. Namun di penghujung babak kedua Persija menyamakan skor melalui sepasang gol Pacho Kenmogne. Walau begitu Semen Padang dipastikan lolos ke semifinal, walau dalam adu penalti akhirnya kalah.

Adu penalti! Mungkin itulah yang harus diwaspadai Semen Padang dalam laga babak 8 besar Piala Presiden mendatang. Adu penalti berpotensi terjadi, karena 8 besar memakai sistem knockout dengan pertandingan tunggal.

Bagaimanapun, statistik berbicara setiap pertandingan yang diakhiri dengan adu adu penalti di Stadion Manahan Solo, selalu berujung kekalahan bagi Semen Padang.

Walau adu penalti dalam sepakbola dianggap adu nasib, faktor keberuntungan lebih berperan, namun dalam sepakbola hal-hal diluar non teknis itu kerap terjadi dan berlanjut.

Hanya saja, pelatih Nilmaizar lebih bijak mananggapi faktor-faktor lucky seperti itu di sepakbola, termasuk soal Manahan Solo dan Semen Padang. Dia menganggap catatan-catatan itu lebih kepada sugesti dan penyemangat pemain saja.

“Karena di sepakbola itu yang lebih menentukan adalah kemauan dan kerja keras pemain di lapangan, bukan catatan-catatan masa lalu. Ketika kita sudah berusaha maksimal, soal hasil akhir, menang atau kalah, yang menentukan adalah Yang Maha Kuasa.”katanya.

Suai awak tu Coach!