Kapuspen TNI: Secara Person Pembelian Senjata Paspampres Legal

kabarin.co, JAKARTA – Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal TNI Tatang Sulaiman mengatakan, pembelian senjata oleh beberapa anggota Pasukan Pengamanan Presiden RI di Amerika Serikat legal.

Sebelumnya, seorang warga Texas diadili karena terlibat pembelian dan penyelundupan senjata secara ilegal dengan Paspampres.

“Legal ini bukan hubungan satuan ya, hubungan person, per orang saja. Itu kejadiannya sudah lama, setahun yang lalu. Cuma pelakunya baru diadili di Amerika Serikat akhir-akhir ini. Sebenarnya, anggota kami membelinya di sana secara legal,” ujar Tatang saat dihubungi Tempo, Sabtu, 9 Juli 2016.

Baca juga: Paspampres Diduga Beli Senjata Ilegal dari AS

Tatang mengatakan, sesuai hasil pemeriksaan dari Pusat Polisi Militer TNI, para anggota Paspampres yang membeli senjata tersebut hanya belum mengurus kelengkapan administrasi.

“Pengurusannya di sini yang belum ditindaklanjuti. Kalau selanjutnya dilengkapi dengan kelengkapan administrasi ya tidak masalah,” tuturnya.

Sebelumnya, Pengadilan Federal Amerika Serikat menggelar sidang terkait penjualan senjata untuk Pasukan Pengamanan Presiden.

Seorang pria asal Texas, Audi N. Sumilat, 36 tahun, mengaku bersalah karena keterlibatannya dalam pembelian dan penyelundupan senjata secara ilegal kepada Paspampres.

Baca juga: Pemasok Senjata Ilegal ke Paspampres Diadili di Amerika

Dalam sidang itu, Sumilat mengakui bahwa dia dan tiga anggota Paspampres merencanakan pembelian tersebut pada Oktober 2014.
Asisten Jaksa Bill Morse menyatakan kasus ini unik karena melibatkan aparat negara lain. “Ini kasus pertama yang saya tahu dimana penadah adalah aparat pemerintah negara lain,” kata Morse.

Anggota Paspampres yang beli senjata ke AS tidak dikenai sanksi.
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal TNI Tatang Sulaiman memastikan bahwa delapan anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) yang membeli senjata di Amerika Serikat tidak akan dikenai sanksi.

Pasalnya, meski aparatur hukum di Amerika menilai pembelian senjata itu melanggar hukum, hasil pemeriksaan di Pusat Polisi Militer (Puspom) TNI menemukan bahwa pembelian senjata oleh para anggota Paspampres tersebut legal.

“Sudah diperiksa Puspom (Pusat Polisi Militer TNI). Setelah itu, Puspom tidak menemukan penyalahgunaan senjata. Ke depan, kami akan bantu mereka melengkapi kelengkapan administrasinya,” kata Tatang saat dihubungi Tempo, Sabtu, 9 Juli 2016.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, pembelian senjata oleh delapan anggota Paspampres di Amerika itu hanya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan menembak.

“Tidak ada indikasi dipergunakan untuk tindak kejahatan. (Senjata itu) Untuk berlatih, meningkatkan kapasitas dan kapabilitas mereka,” ujarnya.

Mengenai jumlah senjata yang dibeli oleh para anggota Paspampres dari AS tersebut, Tatang tidak mengetahuinya secara pasti. “Kemarin, yang diperiksa delapan person. Mungkin setiap orang satu (senjata), bisa jadi,” kata Tatang menjelaskan.

Sebelumnya, Pengadilan Federal Amerika Serikat menggelar sidang terkait penjualan senjata untuk Pasukan Pengamanan Presiden.

Seorang pria asal Texas, Audi N. Sumilat, 36 tahun, mengaku bersalah karena keterlibatannya dalam pembelian dan penyelundupan senjata secara ilegal kepada Paspampres.

Dalam sidang itu, Sumilat mengakui bahwa dia dan tiga anggota Paspampres memang merencanakan pembelian tersebut pada Oktober 2014. Asisten Jaksa Bill Morse menyatakan kasus ini unik karena melibatkan aparat negara lain.

“Ini kasus pertama yang saya tahu dimana penadah adalah aparat pemerintah negara lain,” kata Morse. (tem)