Kelebihan Pakai Sepeda Mahal Saat Car Free Day

KabarTekno34 Views

kabarin.co, Jakarta – Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, aktivitas bersepeda atau gowes kembali digandrungi oleh masyarakat. Bahkan beberapa waktu lalu, gerombolan pesepeda tampak memadati kawasan Car Free Day di Ibu Kota Jakarta.

Namun di balik fenomena tersebut, masyarakat juga dihebohkan oleh kemunculan sepeda lipat berharga fantastis, apalagi kalau bukan Brompton. Sepeda asal Inggris ini memang tengah menjadi topik hangat, setelah beberapa kali memicu perdebatan di media sosial.

Hal ini bermula dari sebuah video viral yang menampilkan sekelompok pesepeda yang nekat memasuki cafe dengan sepeda mereka. Mereka diduga enggan meninggalkan sepeda di area parkir, mengingat harganya memang terbilang mahal.

Kelebihan Pakai Sepeda Mahal Saat Car Free Day

Harga sepeda ini paling murah dibanderol mulai Rp30 juta hingga ratusan juta rupiah, tergantung dengan tipe dan material yang digunakan. Bahkan sejak pandemi Covid-19 melanda, harga sepeda Brompton di pasaran meningkat hingga dua kali lipat.

Hal tersebut dibenarkan oleh Sigit Pramana, salah satu anggota komunitas Brompton Cinere Loops (BCL).

“Di Inggris itu kebijakan baru tidak produksi 24 jam full karena Covid-19, sementara permintaan pasar sedang tinggi-tingginya. Jadi banyak yang menjual sepeda ini di atas harga rata-rata, sekitar Rp50 juta-Rp60 jutaan lah buat yang standar,” tuturnya saat dihubungi Okezone via sambungan telepon.

Sigit kemudian menceritakan awal ketertarikannya menggunakan sepeda Brompton. Dia mengatakan, sepeda ini memiliki sejumlah kelebihan yang tidak dimiliki oleh sepeda pada umumnya. Terutama untuk fitur lipatan.

Dibandingkan sepeda lain, Brompton diklaim lebih praktis dilipat, dan hasil lipatannya pun cenderung lebih ringkas sehingga bisa dimasukkan ke dalam bagasi mobil, atau bahkan saat hendak menaiki Commuter Line atau MRT.

“Saya sudah coba beberapa sepeda lipat. dan kebanyakan tidak se-rigid Brompton. Ini sepeda paling unik, paling fleksibel, dan paling kecil kalau udah dilipat,” kata Sigit.

Meski harganya terbilang mahal, ternyata biaya perawatan sepeda ini sangat terjangkau. Per bulan, Sigit hanya merogoh kocek senilai Rp75 ribu saja untuk keperluan maintenance.

Nah, mengingat harga sepeda Brompton jauh lebih tinggi dibandingkan sepeda lipat lainnya, tak dapat dipungkiri bahwa para pengguna sepeda ini berasal dari kalangan menengah ke atas.

Namun hal ini justru menjadi sebuah blessing in disguise atau berkah tersembunyi. Sigit mengatakan dirinya mendapat banyak teman dan relasi bisnis setelah menggunakan sepeda tersebut. Terlebih saat bergabung dengan komunitas Brompton Owner Group Indonesia (BOGI).

“Saya dulu udah sempat main mobil bahkan moge (motor gede). Dan jujur, menurut saya komunitas Brompton ini jauh lebih santai dan ‘membumi’. Kita semua setara tidak sekat-sekat. Sedangkan di moge dulu saya akui lebih ke arah gengsi atau keren-kerenan,” kata Sigit.

“Secara tidak langsung, sepeda ini juga merubah gaya hidup saya dan teman-teman. Karena kami sendiri gowes sambil senang-senang, pembawaannya happy terus. Biasanya kami gowes sambil kulineran, atau mampir ke coffee shop milik teman untuk ngobrol santai. Berawal dari obrolan inilah ajakan untuk menjalin bisnis biasanya muncul,” tandasnya.

(oke)