Kesendirian Anies dan Gempita Final Piala Presiden 2018

Oleh: Ilham Bintang*

Seorang rekan wartawan senior posting foto ini di group WA kawan seprofesi. Itu foto (foto di atas, red) pose dari belakang Gubernur DKI Anies Baswedan sepi sendiri. Saat ia menyaksikan upacara penyerahan Piala Presiden RI kepada Tim Persija pemenang Piala Presiden, Sabtu (17/2) malam di Stadion Utama GBK.

Dari atas tribun Anies melihat jalannya upacara. Dia tentu menyaksikan Presiden beberapa beberapa menteri dan pejabat negara yang sebenarnya sebagian tidak terkait dengan urusan sepakbola.

“Saya trenyuh lihat gambar itu,” tulis kawan sebagai caption foto tadi. Maksudnya, ia terenyuh membayangkan perasaan Gubernur DKI Anies Baswedan yang hanya bisa melihat dari tribun stadion kegembiraan Tim binaannya meraih PIala yang sudah 17 tahun dinanti.

Sebelumnya, memang sudah viral berita Anies Baswedan dicegat anggota Paspamres ketika hendak mengikuti rombongan Presiden RI menuju tempat acara. Yang disoal nitizen, Gubernur DKI sepatutnya bergabung di “TKP”.

Pertama, karena sebagai Gubernur diatur dalam UU Protokol ia harus mendampingi Presiden RI dalam sebuah acara di wilayahnya. Yang kedua, pemenang yang mau diberi Piala Presiden, Tim Persija binaan langsung Gubernur DKI. Maka sewajarnya jika ” Bapak Persija” hadir di acara penyerahan pialaitu.

Banyak nitizen masih ingat final Piala Presiden tahun 2015 di GBK. Walau Persija tidak bertanding kala itu, namun Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok) ikut mendampingi Presiden dan larut dalam kegembiraan. Kenapa sekarang berbeda?

Inilah persoalannya. Sampai detik ini kejadian Sabtu malam lalu itu masih ramai dibahas nitizen.
Istana tentu saja repot dibuatnya. Penjelasan sekian beberapa pejabat Istana tidak satu pun yang berhasil meredam ” protes” Nitizen, malah menambah gaduh suasana. Titik masalahnya pada para pejabat Istana itu sendiri.

Bayangkan tiap pejabat berbeda -beda argumentasi yang dikemukakan. 
Bey Mahmudin staf Sekretariat Setkab bilang Anies tidak tercantum dalam daftar untuk mendampingi Presiden turun ke lapangan. Oleh sebab itu anggota Paspampres mencegatnya.

Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi bilang, “Presiden tidak ‘ngeh’ ada Anies di belakangnya, sehingga lupa ngajak turun”. Ada juga pejabat lain menyebut acara itu bukan acara resmi Presiden. Statement ini mencoba mengelakkan aturan dalam UU Protokol.

Ini yang membuat nitizen makin geram. Saking geramnya, Fanpage resmi Presiden RI pun jadi sasaran protes nitizen. Di akun itu Presiden Jokowi dibully habis-habisan. Ada banyak nitizen menulis seperti ini ” 2019 ganti presiden.” Luar biasa beraninya mereka!

Terus terang saya pun ikut sedih. Sedih lihat pose Anies. Saya juga sedih Presiden dibully padahal selama ini Jokowi selalu dipuja-puja bangsa. Sisa sedih yang lain, melihat lingkaran dalam Istana yang kalang kabut, begitu banyak alasan berbeda yang dikemukakan.

Maruar Ara Sirait, Ketua SC, juga bikin pernyataan yang mencoba menetralisir, namun lebih terkesan hendak pasang badan. Tapi sia-sia. Sejauh pengalaman, acara yang dihadiri Presiden biasanya H-1 detilnya sudah ditangan protokol Istana. SC tinggal duduk manis.

Entah, kalau sekali ini lain.

*Ilham Bintang, jurnalis senior, pengasuh Media Cek & Ricek, dan Sekretaris Dewan Kehormatan PWI.
** Artikel ini sudah dimuat di republika.co.id, dengan judul sama