Ketika Musim Tangkap Tiba, Rezim Jokowi Kalap HMI Disalah

Nasional2 Views

kabarin.co – Isu penangkapan sejumlah aktivis yang terlibat gerakan aksi 4 November 2016, memang bukan gertakan ancaman kosong. Setengah jam lepas tengah malam (8/11/2016), segerombolan polisi menggerebek kantor sekretariat Pengurus Besar (PB) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di kawasan Pasar Rumput, Manggarai, Jakarta Selatan. Polisi memangkap Ketua Umum PB HMI Mulyadi P.Tamsir dan Sekretaris Jenderalnya, Ami Jaya. Keduanya digelandang ke markas polisi Polda Metrojaya.

Beberapa jam usai penangkapan Mulyadi “dilepas”. Ketua Umum PB HMI itu hanya menemani Ami, untuk memperjelas posisi Sekjennya usai penangkapan. Selain Ami setidaknya empat kader HMI lainnya juga diciduk di tempat yang berbeda. HMI, dituding polisi sebagai biang provokasi massa, sehingga menimbulkan keributan selepas Isya di depan Istana Merdeka, Jakarta. Tudingan, adanya aktor di belakang itu dinyatakan Presiden Jokowi dalam jumpa pers mendadak, beberapa jam setelah aksi massa 4 November mereda.

Penangkapan Ami Jaya, dinilai PB HMI, tidak wajar. Mengingat terjadinya dilakukan tengah malam dan belum ada surat panggilan terhadap orang yang dituduh. Padahal alamat dan posisi Sekjen HMI sangat jelas. “Proses penangkapan itu sangat menciderai wajah demokrasi di Indonesia,”ujar pernyataan pers yang diterima kabarin.co beberapa jam usai penangkapan Ami Jaya. Padahal, jika polisi benar-benar  mau prosedural yang wajar bisa dilakukan, karena Ami tidak kemana-mana, dan dia bukan tertangkap tangan sedang melakukan kejahatan.

Menurut HMI, perbuatan polisi itu sangat menyakiti perjuangan umat Islam yang sedang menuntut keadilan. HMI adalah salah satu organisasi yang turut tergabung dalam aksi massa yang menuntut proses hukum terhadap Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama alias Ahok yang dituding menistakan agama melalui pernyataannya mengenai Quran Surat Almaidah 51 di Pulau Seribu beberapa waktu lalu. “Pembungkapan ini sengaja dilakukan rezim Jokowi untuk menakut-nakuti gerakan ini. Kami tidak takut, saya akan terus melawan,”demikian kutipan pernyataan itu.

Selain Sekjen HMI, aktivis HMI yang juga ketua Himpunan Mahasiswa Sosial Universitas Nasional, Jakarta, Ismail Ibrahim (20 tahun), juga ditangkap beberapa jam sebelumnya di rumah salah seorang anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Pejaten, Jakarta Selatan. Ismail, dituding polisi unit Kejahatan dan Kekerasan AKBP Hendy Kurniawan, adalah orang yang melakukan penyerangan terhadap polisi saat unjuk rasa di depan istana pada malam 4 November itu. “Dia adalah orang yang ikut menyerang polisi,”kata Hendy.

Selasa siang nanti (8/11) HMI akan berkumpul untuk menyatakan sikap atas penangkapan yang dilakukan polisi secara sewenang-wenang itu. “Menangkapi aktivis HMI, malam-malam seperti ini, meniru gaya-gaya PKI,”tuding seorang aktvis HMI yang dihubungi kabarin.co. Memang pada 1965, HMI termasuk salah satu organisasi yang disasar oleh PKI, kader-kadernya ditangkapi dan dibunuhi. Lalu kenapa juga terjadi di zaman Jokowi memerintah?