“KOMUNIKASI SAINS : MEMULIAKAN JUGA MEMANUSIAKAN ILMU PENGETAHUAN”

“Komunikasi Sains: Memuliakan Juga Memanusiakan Ilmu Pengetahuan”

oleh : Azmi Amrulloh Musopi

 

“Salah satu masalah terbesar adalah bahwa kita memiliki kumpulan orang-orang yang akan mempercayai apapun yang mereka dengar, hanya karena itu sesuai dengan pandangan mereka- bukan karena hal tersebut memang benar atau karena mereka memiliki bukti untuk mendukungnya. Hal yang mencolok adalah bahwa itu tidak membutuhkan banyak upaya untuk membuktikan kebenaran dari kebanyakan kasus- kasus tersebut… Namun orang-orang lebih menyukai hiburan ketimbang penelitian.”

Mungkin sepenggal pidato dari seorang astrofisikawan berkebangsaan Amerika Serikat, Neil deGrasse Tyson, inilah yang dapat menyindir perilaku mayoritas masyarakat Indonesia. Kecenderungan masyarakat yang sering mengesampingkan ilmu pengetahuan dalam tiap sendi kehidupan, menjadikan masyarakat Indonesia jatuh dalam lingkaran kebodohan. Hal ini semakin diperparah dengan munculnya era digitalisasi yang menyebabkan arus informasi terus berdatangan, tanpa ada batasan sama sekali apakah informasi tersebut bersifat positif ataukah negatif. Tanpa adanya pemahaman akan ilmu pengetahuan dan hilangnya kecenderungan pribadi untuk bersikap kritis, masyarakat akan dengan mudah percaya terhadap apa saja yang mereka dengar ataupun terima, tanpa melakukan validasi terlebih dahulu.

Hal ini mungkin sepadan dengan lemahnya pendidikan di Indonesia yang tidak menanamkan budaya sains bagi setiap anak didiknya, melainkan hanya terfokus pada sistem kompetensi hafalan. Sehingga ilmu pengetahuan bukannya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari seorang individu, justru kehadirannya sama sekali tidak dihiraukan, hal tersebut dapat tercerminkan oleh perilaku masyarakat Indonesia itu sendiri dalam menyikapi berbagai permasalahan, terutama yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Maka tak dapat kita elak bahwa terdapat jurang yang sangat besar antara ilmu pengetahuan dengan masyarakat awam. Untuk itulah, diperlukan suatu “jembatan‟ yang dapat menghubungkan kedua sisi yang saling berseberangan tersebut. Diperlukan adanya suatu konsep yang dapat membawakan ilmu pengetahuan ke masyarakat luas agar lebih mudah dipahami sekaligus lebih mudah diterima. Inilah yang dalam dunia kependidikan, dikenal dengan komunikasi sains.

Komunikasi sains merupakan suatu ilmu yang berfokus untuk „menerjemahkan‟ konsep ilmu pengetahuan dari sisi pemahaman ilmuwan ke masyarakat awam. Ilmuwan yang atas dasar profesionalitas, seringkali mempublikasikan hasil karyanya dalam sajian bahasa yang rumit, dan terbilang sangat jarang dari mereka yang rela meluangkan waktu untuk mengomunikasikan kembali hasil penelitiannya tersebut ke masyarakat secara luas dengan bahasa yang lebih mudah untuk dipahami. Hasilnya masyarakat akan mengalami kecenderungan untuk bersikap sangsi terhadap ilmu pengetahuan, padahal nyatanya, sadar ataupun tidak, fenomena-fenomena ilmu pengetahuan akan  selalu terjadi di lingkungan sekitar. Bahkan banyak daripadanya yang berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri.

Misalnya, bencana gempa di Palu dan Donggala pada 2018 yang mengakibatkan jatuhnya ribuan korban jiwa, nyatanya telah diprediksi jauh sebelum kejadian tersebut terjadi. Seharusnya, dalam rentang waktu tersebut, mitigasi bencana harus digalakkan di daerah-daerah yang telah dipetakan untuk meminimalisir terjadinya kerugian baik  dalam bentuk materiil maupun rohaniah. Namun, tidak adanya komunikasi yang jelas antara lembaga penelitian yang bersangkutan dengan masyarakat sekitar, sekali lagi menjadi alasan ketidaktahuan masyarakat terhadap lingkungan sekitar.

Komunikasi sains juga dapat diikutsertakan dalam pengambilan kebijakan (science based policy). Bukan menjadi rahasia lagi, bahwa banyak kebijakan-kebijakan yang dijalankan pemerintah, baik pusat maupun daerah, seringkali mengabaikan prinsip dan kaidah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sepatutnya dapat menjadi jaminan jangka panjang, sehingga esensi dari kebijakan tersebut dapat terwujud dengan baik.

Meskipun hingga saat ini, program studi komunikasi sains hanya dapat diakses di perguruan tinggi luar negeri, namun sudah sangat jelas bahwa komunikasi sains dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi dinamika kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Komunikasi sains dapat membuka dialog antara para ilmuwan dengan masyarakat awam yang juga dapat menjadi jawaban atas permasalahan terbatasnya akses masyarakat terhadap ilmu pengetahuan. Semakin terbukanya pemikiran masyarakat akan ilmu pengetahuan, akan semakin terjamin pula kehidupan masyarakat yang bersangkutan.

 

(ed/L)