Usul Pemblokiran Youtube dan Google Dianggap Lucu dan Dangkal

Nasional5 Views

kabarin.co – Sejumlah blogger dan pengguna aktif situs YouTube sepakat dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang menolak desakan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) untuk memblokir situs Google dan YouTube karena ‘menyebarkan’ pornografi dan kekerasan.

“Menurut aku (pemblokiran) itu tidak bijak ya. Lucu aja, karena di samping ada yang negatif di YouTube dan Google, tetapi sebenarnya lebih banyak positifnya. KarenFa banyak sekali orang yang go-international karena situs-situs itu,” ungkap beauty video-blogger (Vlogger) Lizzie Parra, yang memiliki lebih 40.000 subscribers di channnel YouTube-nya.

Sementara, filmmaker muda Diego Batara Mahameru, yang kerap mengunggah film pendeknya di YouTube menyebut permintaan ICMI tersebut “dangkal” karena “Mereka (ICMI) enggak melihat banyak sekali kegiatan ekonomi orang-orang yang saat ini bergantung pada YouTube dan Google.”

Berdasarkan laporan berbagai situs teknologi, seorang ‘bintang YouTube’ lokal yang sudah dikenal, dapat memiliki penghasilan di atas Rp40 juta per bulan lewat iklan.

Adapun Blogger yang aktif di situs Kompasiana, Arif Lukman Hakim menyatakan, “Jika memang ada konten yang melanggar, itu bisa disortir, tetapi bukan dengan memblokir YouTube dan Google.”

“Kan banyak anak sekolah yang mengakses Google dan tutorial YouTube untuk materi pelajaran.” tambahnya.

Sebelumnya dalam keterangan pers, Selasa (07/06), ICMI melalui Sekjen-nya, Jafar Hafsah, merekomendasi dan mendesak pemerintah menutup YouTube dan Google.

“Situs ini telah secara bebas menebarkan konten-konten pornografi dan kekerasan tanpa kontrol sedikit pun, Google dan Youtube telah memberikan dampak negatif bagi Indonesia, jika mereka tidak dapat mengontrol situs-situs yang mereka unggah untuk masyarakat,” ungkap Jafar.

Arif Lukman Hakim menilai permintaan tersebut diambil ICMI “dengan berpikir singkat”.
“Saya kira perlu dipertanyakan ya. Ini cendekiawan yang mana. Kalau seumpamanya cendekiawan, kan berpikirnya panjang dan komprehensif. Saya kira mengejutkan juga ini ternyata beneran ICMI yang meminta.”

Secara terpisah, Kepala komunikasi Google di Indonesia Jason Tedjasukmana belum mau memberikan komentar ketika dihubungi BBC Indonesia sekitar pukul 16.30 WIB, Rabu (08/06).

Pemerintah Indonesia lewat Kominfo Rabu (08/06) telah menolak tegas permintaan ICMI.

“Indonesia ‘kan negara demokrasi dengan kebijakan open sky policy. Kita tidak mungkin memblokir Google dan Youtube, karena menyangkut kebebasan pers juga …

Kalau di Cina memang dibenarkan di Undang-undang (untuk memblokir), karena bukan negara demokrasi,” tutur Humas Kominfo Ismail Cawidu kepada wartawan.

Kepada BBC Indonesia, Wakil Ketua Umum ICMI, Muhammad Nuh menyatakan “esensinya, bukan Google atau YouTube-nya yang diblokir, tetapi konten-konten negatifnya”.

“Ibaratnya ‘kan kedua situs itu supermarket. Dia jualan apa saja. Bagi kita kalau ada counter-counter yang jual barang yang merusak, justru counter-counter itu yang ditutup, bukan supermarket,” katanya.

Mantan Menkominfo (2007-2009) pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut mengklaim “Pornografi dan kekerasan itu tidak kalah merusaknya dengan radikalisme.”

Namun, ketika ditegaskan oleh BBC Indonesia apakah M. Nuh tidak sejalan dengan Jafar Hafsah untuk ‘memblokir Google dan YouTube’, Nuh membantahnya.

“Iya, ekstrimnya ya begitu (tetap diblokir YouTube dan Google), daripada merusak ya nggak usah, sekalian ditutup. Tapi semangatnya itu ya, yang konten negatifnya (yang ditutup). Kalau masih positif, kenapa dilarang. Kalau YouTube dan Google tidak mau, perlu kita pertanyakan.”

Lizzie menambahkan, “kalau di Google sendiri kan pemerintah sudah pakai internet sehat, jadi (konten negatif) sudak diblok Kominfo.”

“Malah ini (pornografi) yang banyak itu ya di Glodok, DVD-DVD bokep. Kalau di YouTube dan Google udah cukup disaring. Balik lagi ke otak masing-masing sih.”

“Pakai kata kunci ‘Porn’, keluar semua”

Filmmaker muda Diego Batara Mahameru menyatakan, khusus untuk YouTube, selain telah “memblok sendiri sejumlah konten dan bisa menerima laporan,… , YouTube juga memberikan pembatasan umur untuk konten tertentu.”

“Jadi kalau video tersebut diklik, akan ditanya apakah sudah 18 tahun atau belum, dan itu untuk yang kekerasan juga. Mereka kan tidak bodoh,” tutur sutradara film pendek Calon, yang ditayangkan di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2015 itu.

Diego menegaskan, “pornografi seperti di situs porno itu nggak ada di Youtube.”

Namun, menurut Muhammad Nuh, itu semua tidak cukup dan ‘belum mempan’.
“Coba saja sampean (Anda) cek, terlalu banyak (pornografi) di situ (YouTube). Buka pakai kata kunci “porn”, keluar itu semua,” tegas Nuh.

Nuh bersikukuh YouTube dan Google harus mau duduk bersama dengan Kominfo untuk memperketat penghapusan konten-konten yang berbau pornografi dan kekerasan, yang dinilainya “harus dikerjakan tidak mingguan, harian, tetapi setiap saat.” (bbc)

Leave a Reply