Ryamizard Ryacudu, Menteri Pertahanan: Menumbuhkan Rasa Cinta Terhadap Negara

kabarin.co – Setelah dipilih dan dilantik oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjabat sebagai menteri pertahanan, Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu memiliki program rekrutmen warga bernama Bela Negara. Lewat wawancara dengan wartawan Republika, Dadang Kurnia, Ryamizard menerangkan program unggulannya itu dan berbagai sistem pertahanan Indonesia lainnya. Berikut petikan wawancaranya.

Bisa dijelaskan renstra pertahanan Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo?
Untuk mengetahui pertahanan negara itu kuat atau tidak, harus ada pengukur. Apa itu? Yaitu, ancaman. Kalau tidak ada ancaman, tidak bisa diukur seberapa kuat pertahanan yang dimiliki negara Indonesia. Ancaman itu dibagi ke dalam dua bagian, yaitu ancaman nyata dan ancaman yang belum nyata. Akan tetapi, ancaman yang belum nyata pun bisa menjadi nyata kalau keutuhan negara terganggu, kedaulatan negara terganggu, dan kesalamatan negara terganggu.

Biasanya, menteri pertahanan itu berpikir simpel saja, menyiapkan perang dan alutsista. Tetapi, saya enggak karena kita mau perang dengan siapa? Kita tidak akan perang di kawasan kita. Di perbatasan sebelah utara, kita berbatasan dengan negara-negara sahabat, ASEAN. Kita tidak akan perang dengan negara sahabat di ASEAN karena kita sudah janji pada awal pembentukan, kalau ada masalah, jangan pakai kekuatan bersenjata, harus diselesaikan damai. Sekarang kita sudah  48 tahun dan tidak ada perang.

Begitu pun di wilayah selatan yang berbatasan dengan Australia. Dulu mungkin iya mereka menganggap kita ancaman, tapi sekarang tidak ada anggapan seperti itu. Kalau ada pemberontakan oleh negara lain, kehormatan kita diinjak-injak, baru kita perang. Akan tetapi, selama masih damai, tidak akan ada perang dan lebih baik melakukan pembangunan. Perang itu hanya akan dilakukan jika terpaksa dan mempertahankan diri.  Ketika itu terjadi, siapa yang perang?  Seluruh bangsa ini yang penduduknya mencapai 250 juta.

Adapun, pertahanan Indonesia sekarang harus lebih fokus kepada ancaman nyata. Ancaman nyata yang kita hadapi saat ini adalah teroris, bencana alam, pencurian sumber daya alam, penyakit, kejahatan siber, dan narkoba. Bagaimana pemimpin mau kuat kalau masyarakatnya pecandu narkoba? Maka itu, harus benar-benar dipersiapkan alat dan orangnya untuk menghadapi ancaman nyata tersebut.

Apa itu program Bela Negara? Apa target utama dari program ini dan berapa jumlah warga negara yang ditargetkan untuk ikut program tersebut?
Perkembangan Bela Negara sangatlah pesat dan banyak orang berbondong-bondong datang ingin dilatih. Hingga saat ini, program Bela Negara masih dilaksanakan di pusat, tapi daerah harus bisa melaksanakan juga sesuai pengarahannya dari pusat. Jika Bela Negara itu sangat bagus, seluruh wilayah akan aman.

Program Bela Negara ini diharapkan bisa mengamankan negara dengan cara menumbuhkan rasa cinta terhadap negara sehingga orang akan rela mati untuk negara. Kalau mereka tidak cinta kepada negara, ya mana mau mati demi negara. Cinta terhadap negara itu akan tumbuh jika seseorang merasa bangga dengan negaranya. Untuk menumbuhkan rasa bangga tersebut, bisa dilakukan dengan memberi pengertian negara Indonesia.

Kita menargetkan dalam lima tahun, 100 juta warga negara mengikuti Bela Negara. Karena, kita tidak berangkat dari nol mengingat sebelumnya ada Menwa, pramuka di mana itu semua juga termasuk bela negara. Kalau kita hitung-hitung, mungkin sekarang juga sudah ada 50 juta jiwa yang mengikuti Bela Negara. Sehingga, 15 tahun ke depan, sudah ada 200 juta warga negara yang mengikuti Bela Negara. Jika itu terjadi, orang tidak akan berani main-main sama kita.

Bagaimana ilustrasi sederhana kondisi alutsista kita saat ini?
Kalau alutsista, selain memperkuat dan mengganti yang lama, kita juga menyiapkan alutsista untuk menghadapi ancaman nyata, seperti teroris, bencana alam, dan lain sebagainya. Contohnya, saat terjadi bencana alam, alat berat yang diperlukan harus cepat reaksinya dan menjangkau ke semua daerah. Sementara, alutsista untuk menghadapi ancaman tidak nyata juga tetap diperbarui. Seperti, kapal yang sudah 50 tahun diganti.

Belanja anggaran tahun ini dan tahun depan difokuskan untuk memperbaiki pesawat yang sudah tidak bagus. Roket dan peluru kendali dilengkapi. Tidak membeli lagi pesawat karena pesawat sudah banyak. Pesawat kita kalau dihidupkan semuan mungkin di Asia Tenggara paling kuat. Kalau diperbaiki semua.

Bagaimana kondisi industri pertahanan nasional saat ini? Bagaimana pula kondisi PT Pindad, PT PAL, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan produksi persenjataan?
Itu kan di bawah Kementerian Pertahanan walaupun sebenarnya itu BUMN. Dan, sampai sekarang perusahaan-perusahaan industri pertahanan nasional jalan terus dan berproduksi terus. PT PAL baru saja meluncurkan dua kapal perang yang dibeli Filipina.

Begitu pun dengan PT DI, negara-negara lain sudah beli JN dan kita juga beli itu. Kita harapkan beberapa tahun ke depan, angkatan udara dan darat perlengkapannya dari dalam negeri. Kita akan buat kalau kita mampu dan yang belum mampu, kita beli. Jangan sampai kalau tidak bisa buat kita diam saja. Kapal selam empat sampai lima tahun lagi bisa buat sendiri. Mungkin lima sampai 10 tahun lagi sudah bisa buat pesawat tempur, jadi tidak tergantung lagi.

Terkait kasus penyanderaan oleh kelompok Abu Sayyaf, bagaimana Kementerian Pertahanan memandangnya, dan apa yang harus dilakukan untuk pencegahannya?
Kalau di negara orang, biarkan saja orang yang mengurusinya. Kita tidak bisa masuk begitu saja karena kita juga tidak mau kalau ada orang masuk nyerbu-nyerbu teroris. Kecuali, kalau kita diajak kerja sama. Kan tergantung hukum di sana. Kalau kita siap-siap saja.

Bagaimana kondisi pertahanan di daerah perbatasan saat ini dan apa yang harus diperbaiki, diadakan atau ditambah?
Kalau daerah perbatasan, hingga saat ini tidak ada masalah karena hampir setiap perbatasan dengan negara lain tidak ada masalah apa-apa. Saat ini, yang menjadi masalah bukanlah permasalahan dengan negara tetangga, melainkan penyelundupan narkoba dan perdagangan orang.

Maka itu, beberapa hal yang perlu diperbaiki adalah deteksi. Memang saat ini pun kita sudah mendirikan pos dan kemungkinan di perbatasan itu akan ditaruh chip sehingga ketika ada yang memindahkan atau segala macam, itu bisa ketahuan. Sehingga, nantinya akan terjaga terus. Sementara, beberapa hal yang masih perlu ditambah adalah perlengkapan komunikasi dan helikopter harus diperbanyak.

Dalam kondisi modern seperti saat ini, penting juga memiliki pertahanan siber, apa yang telah dilakukan pemerintah terkait ini?
Kita sudah membuat dan sudah berjalan pertahanan siber di Pondok Labu. Memang hingga saat ini masih dalam pembenahan yang dilakukan terus-menerus. Benar memang jika dibanding negara-negara lain, mungkin kita kalah, tapi kan kita harus mempunyai terlebih dahulu. Satu tahun ini pertahanan siber kita sudah lebih maju.  ed: Andri Saubani
***

Target 200 Juta Warga Ikut Bela Negara

Keutuhan, kedaulatan, dan keselamatan bangsa Indonesia menjadi tanggung jawab setiap warga negaranya. Akan tetapi, semuanya itu bisa saja diabaikan jika warga negara Indonesia tidak memiliki rasa cinta terhadap negaranya sendiri. Misi menumbuhkan rasa cinta itulah yang tengah dijalankan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu melalui program Bela Negara.

Mantan kepala Staf Angkatan Darat ke-23 itu ingin setiap warga negara Indonesia memiliki rasa cinta yang tinggi terhadap negaranya sehingga mereka akan rela berjuang demi negara sekalipun nyawa yang menjadi taruhannya.

Cinta terhadap negara itu akan tumbuh jika setiap warga negara merasa bangga dengan negaranya. Untuk menumbuhkan rasa bangga tersebut, bisa dilakukan dengan memberi pengertian tentang negara Indonesia bahwa negara ini adalah negara hebat yang dibangun oleh orang-orang hebat.

“Tidak bisa ujug-ujug rela mati demi negara, kalau dia enggak cinta, ya mana mau. Tapi, kalau sudah cinta, putus cinta dengan pacarnya, banyak orang yang bunuh diri. Cinta itu datang dari mana? Ya harus bangga dulu dong. Bagaimana mau cinta kalau bangga juga enggak. Bangga, bagaimana bisa bangga kalau ngerti aja enggak,” kata Ryamizard kepada Republika, belum lama ini.

Tak tanggung-tanggung, pria kelahiran Palembang, 66 tahun silam, itu menargetkan, dalam 15 tahun, program Bela Negara bisa diikuti oleh 200 juta wagra negara Indonesia. Target tersebut sepertinya tidaklah mustahil mengingat dalam lima tahun saja, sekitar 100 juta warga negara Indonesia sudah terlibat untuk mengikuti program Bela Negara. Ryamizard meyakini, jika saja target tersebut bisa direalisasikan, tidak akan ada negara yang berani main-main dengan Indonesia. (rol)