Selingan: Menyigi 7 Pelatih Lisensi A AFC dari Sumbar

Kabarin.co – Belakangan ini, sepakbola Indonesia diramaikan dengan kiprah sejumlah pelatih asal Padang atau Sumbar, yang mampu berprestasi di level nasional.

Keunggulan SDM pelatih dari Tanah Minang, juga mulai jadi pembicaraan hangat. Hal itu dimulai sejak bermunculan nama-nama pelatih-pelatih muda dari Sumbar.

Perkembangan ini tentu saja sangat menggembirakan bagi sepakbola Sumbar, karena sebelumnya tidak banyak pelatih Sumbar yang diperhitungkan atau dikenal publik sepakbola nasional. Mungkin hanya Suhatman Imam dan Jenniwardin yang cukup dikenal.

Namun, saat ini pelatih dari Sumbar tak boleh lagi dipandang sebelah mata. Beberapa diantara mereka mulai menunjukan prestasi, seperti yang telah ditunjukan Nilmaizar, Indra Sjafri, ataupun Jafri Sastra.

Lebih dari itu, Sumbar juga menyimpan banyak pelatih yang berlisensi A AFC. Lisensi tertinggi yang dimiliki pelatih-pelatih lokal Indonesia saat ini. Terdapat tujuh orang pelatih dari Sumbar yang memegang lisensi tersebut.

Berikut ini, Kabarin.co mencoba mengulik tujuh pelatih Lisensi A AFC dari Sumbar:

1. Jenniwardin
Nama ini sudah tutup buku sebagai pelatih, namun lelaki asal Padang Panjang ini pernah tercatat sebagai pelatih jempolan. Selain kerap keluar masuk di Semen Padang, Bang Jen juga pernah menukangi tim-tim papan atas seperti Sriwijaya FC dan PSPS Pekanbaru, pada era Liga Indonesia (Ligina)

Mengambil lisensi A AFC tahun 2009, sayangnya Bang Jen tak pernah benar-benar sampai di puncak karir. Walau untuk ukuran Sumbar dia boleh disebut pelatih legend, disamping Suhatman Imam.

Karena di eranya, sebelum muncul pelatih-pelatih muda, sempat menjadi pameo, Sumbar hanya punya dua pelatih pelatih top, Jenniwardin dan Suhatman Imam. Karena memang hanya dua nama itu yang namanya terdengar di tingkat nasional.

Prestasi terbaiknya bersama Semen Padang adalah 10 besar Ligina 1999 bersama Semen Padang. Hal lain, Bang Jen orang yang berjasa besar memoles Erol Iba dan Ellie Aiboy, sehingga menjadi pemain papan atas Indonesia.

2. Emral Abus
Di jagat kepelatihan, lelaki asal Lubuk Nyiur Pesisir Selatan ini memang kurang bergema. Mungkin karena basic-nya sebagai akademisi, membuatnya lebih terlihat sebagai seorang guru ketimbang pelatih. Bahkan dia digelari sebagai “guru besar” pelatih sepakbola Indonesia.

Menyandang lisensi kepelatihan A AFC, namun Uncu jarang mengaplikasikan lisensinya dari bench. Kalaupun ada, paling saat lisensinya “dipinjam” Persib Bandung mengharungi AFC Cup 2014. Karena pelatih asli Djajang Nurjaman terkendala soal lisensi.

Uncu memang lebih tenar sebagai instruktur pelatih bersertifikat AFC. Dia orang terdepan tampil jika ada kursus kepelatihan yang diadakan di Indonesia, ataupun pengujian kelayakan calon-calon pelatih Timnas, seperti yang dilakoninya saat ini.

3. Syafrianto Rusli
Satu angkatan dengan Jenniwardin dalam pengambilan lisensi A AFC tahun 2009. Mantan kapten tim Semen Padang era galatama ini, termasuk pelatih yang punya keunggulan dalam menyusun program-program latihan.

Sayangnya kiprah-nya sebagai pelatih sepakbola, juga tak terlalu mengkilap. Dia juga tak teruji melatih klub-klub besar. Selain Semen Padang dan PSPS Pekanbaru, tak ada tim papan atas yang dipegangnya. Semifinal tim PON Sumbar 2004, adalah capaian tertingginya di sepakbola.

Justru ketika membelot ke futsal, dia mendapatkan puncak prestasi, tatkala menukangi tim futsal PON Sumbar meraih medali emas PON 2012. Padahal saat itu dia baru menggeluti dunia futsal.

Sayangnya, kesempatan kedua untuk mempertahankan medali emas itu tak diambilnya. Bekerja setengah hati di Futsal, sepertinya dia diam-diam punya rencana kembali ke sepakbola.

4. John Arwandi
Inilah nama yang jarang muncul ke permukaan, padahal secara kompetensi dia sangat layak dapat kesempatan lebih. Sayangnya, di tanah kelahiran sendiri kemampuanya justru dipandang sebelah mata.

Dia hanya berkesempatan melatih tim-tim bonden di Sumbar seperti PSP Padang, PSKB Bukitinggi, PSPP Padang Panjang, ataupun Persiju Sijunjung. Di luar Sumbar, dia pernah menukangi Persikabo Bogor dan Bogor Raya era IPL.

Pria asal Lubuk Basung yang juga akademisi di FIK UNP Padang ini punya kemampuan komplit. Secara teoritis dia nomor satu di Sumbar, namun untuk aplikasi di lapangan sebagai pelatih selalu mentok.

Pengamat sepakbola Sumbar seolah sepakat memvonisnya, minusnya dia karena bukan mantan pemain sepakbola top, sehingga tak menguasai suasana di lapangan. Dia dituding hanya mengandalkan teori. Sebuah penilaian yang tidak fair juga sebenarnya.

5. Indra Sjafri
From Zero to Hero, itulah kondisi yang diperoleh pelatih yang satu ini. Sebelum mencuat sebagai pelatih Timnas U-19 yang membuatnya melambung ke angkasa, Indra hanyalah seperti pelatih kebanyakan di Kota Padang.

Sempat memegang PSP Padang 2001 menggantikan John Arwandi yang pegang tim musim sebelumnya, justru Indra tak bisa berbuat apa-apa dan tim “Pandeka Minangya dibuatnya berkutat di zona degradasi. Bahkan ketika seorang Suhatman Imam masuk menggantikannya, juga tak mampu menyelamatkan PSP dari degradasi.

Tapi setelah berdekat-dekat dengan PSSI, dan rajin memburu lisensi sampai mendapatkan A AFC, Indra mulai mendapatkan kepercayaan melatih tim-tim muda PSSI. Puncaknya di Timnas U-19 dia menjadi hero, sekaligus telah merubah 180 derajat hidup mantan pegawai Pos dan Giro Padang ini.

6. Nilmaizar
Hasrat untuk menjadi pelatih sudah muncul di pikiran pria kelahiran Payakumbuh 2 Januari 1970 ini, ketika dia masih belia. Tepatnya tatkala masih berstastus pemain Tim PSSI Garuda II tahun 1987-1991. Kekaguman melihat gaya melatih Josef Masopust yang saat itu melatih Tim Garuda II adalah pemicunya.

Setelah karir sebagai pemain selesai tahun 1999, Nil mulai merintis karir sebagai pelatih. Dia benar-benar mulai dari titik 0 sebagai pelatih. Menukangi klub-klub kecil atau tim Porda digunakan untuk mengasah naluri kepelatihan.

Rajin meningkatkan lisensi, dan tekad kuat terus belajar adalah rahasia sukses Nil. Menimba Ilmu dari pelatih lebih senior seperti John Arwandi dan Suhatman Imam adalah bentuk lain keseriusannya. Kenyang menjadi assisten pelatih di Semen Padang, juga dimanfaatkan sebagai ajang belajar bagi Nil untuk menapaki karir kepelatihannya.

Sejak dipercaya menjadi pelatih kepala Semen Padang di ISL 2010/11, menjadi tonggak atau era baru karir kepelatihan Nilmaizar, dan menjadi titik awal namanya mulai diperhitungkan di tingkat nasional, sampai saat ini.

7. Jafri Sastra
Sebelum melatih Semen Padang tahun 2012, orang hanya tahu Jafri Sastra adalah pelatih SSB PSTS Tabing Padang. Meskipun sebenarnya dia sempat juga berkarir di tim-tim seperti PSPP Padang Panjang, Persipro Probolinggo, dan beberapa tim di Aceh.

Namun, dapat kesempatan melatih Semen Padang 2012/2013 adalah pintu masuk bagi Jafri untuk menggebrak dan menaikan namanya di percaturan sepakbola nasional.
Setelah jadi “boneka” Suhatman Imam di tahun pertama, di tahun kedua bersama Semen Padang, Jafri menunjukan kapasitasnya sebagai pelatih berbakat dan cerdas soal strategi. Membawa Semen Padang ke 8 besar ISL adalah karya nyatanya, dan berlanjut di Mitra Kukar pasca dipecat Semen Padang.

Di klub Kalimantan ini, Jafri mengukir namanya sebagai pelatih papan atas Indonesia dengan label semifinalis Piala Presiden dan juara Piala Jenderal Sudirman dengan Mitra Kukar. Tak heran, jika klub sebesar Persipura pun tertarik memakai servis-nya.

Kemana Suhatman?
Nama yang satu ini, boleh-boleh saja tak memiliki sertifikat kepelatihan seperti yang lain. Tapi tak bisa dimungkiri, Suhatman adalah legenda hidup sepakbola Sumbar. Banyak yang menyebut, dia adalah guru bagi pelatih-pelatih Sumbar generasi dibawahnya.

Sebagai pemain, lelaki 60 tahun ini adalah mantan pemain Timnas era 1970-an. Sebagai pelatih, dia juga menorehkan banyak prestasi, baik bagi Semen Padang, maupun PSP Padang sebagai almamaternya.

Prestasinya antara lain membawa Semen Padang juara Piala Liga 1992, dan semifinalis Liga Indonesia 2002. Selain menukangi Semen Padang dan PSP dia juga pernah melatih Timnas Futsal Indonesia 2002, dan salah satu pelatih tim Primavera di Italia.

Walaupun ilmu kepelatihannya tidak “up to date” lagi dengan kondisi sepakbola sekarang, tetapi pengalaman dan kharismanya sebagai pelatih senior tak pernah pudar di persepakbolaan Sumbar.(RMO)