Tren Batu Akik Bukan Menghilang, Tapi Hanya Kembali ke Kondisi Semula

Opini2 Views

kabarin.co, JAKARTA – Saat boyband booming, banyak pengamat memprediksi tren itu hanya akan berlangsung selama dua tahun. Prediksi yang cukup akurat. Tapi saat pengamat amatir coba memprediksi tren batu akik, ternyata banyak yang meleset.

Kegandrungan pada batu akik yang semula disangka berlangsung tak lama, paling lama dua tahun, ternyata terus menggeliat sampai pada eranya, katakanlah, 5 bulan lalu

Saat itu, mau masuk ke area parkir penjualan Batu Akik saja antre lumayan lama. Mencari tempat parkir juga tidak mudah, saking penuhnya. Begitu masuk ke ruangan tempat para pedagang menjajakan batu akik, suasananya sangat riuh. Lorong penuh calon pembeli yang lalu lalang. Semua pedagang sibuk melayani pembeli. Jasa gosok dan potong juga kebanjiran order.

Dibanding beberapa bulan lalu suasana di salah satu pusat batu ikik ini memang agak berbeda. Tak lagi seramai dulu. Apakah ini pertanda tren batu akik mulai menurun?

Beberapa waktu lalu di hampir semua sudut jalan, Perumahan dan berbagai tempat lainnya kita bisa dengan mudah menemukan penjual batu akik. Tapi belakangan jumlahnya pelan-pelan juga mulai berkurang?

Beberapa media online menulis, tren batu akik sudah berlalu. Banyak pedagang musiman yang memanfaatkan tren, mulai alih profesi atau gulung tikar. Harga batu akik yang sempat melambung tinggi, dikabarkan merosot tajam.

“Sekarang lebih banyak yang jual dibanding yang beli,” kata seorang penggemar batu akik. “Mungkin tren batu akik, bagi pedagang/penggemar musiman, memang sudah berlalu. Tapi, sampai kapan pun batu akik akan tetap punya banyak penggemar. Bukti nyata eksistensi batu akik masih sebagai komoditi yang diminati.

Sepertinya kondisi sekarang lebih tepat dikatakan pasar batu akik kembali pada kondisi semula. Pedagang batu akik asli, bukan musiman sekadar memanfaatkan tren, akan tetap bertahan. Konsumennya pun jelas: para pecinta batu akik, yang tak peduli sedang tren atau tidak.

Bagi penggemar batu akik, kondisi kemarin justru dianggap tidak normal. Karena tren, banyak pedagang memanfaatkan situasi untuk mencari untung. Harga batu akik melompat melampui kualitas barangnya. Banyak bermunculan batu akik dengan aneka nama, yang sebetulnya kualitasnya masih belum bagus.

Batu akik, kata pelawak Opie Kumis di TV, itu kan hiasan jari. Namanya hiasan, tentu keindahannya diharapkan akan membuat si pemakai atau yang melihat jadi senang. Kalau tampilannya saja tidak menarik, ya siapa yang mau memakai?

Penentuan kualitas dan harga batu akik harus dikembalikan pada standar penilaian yang sudah umum: warnanya, potongannya, kejernihannya, dan tingkat kekristalannya. Soal mitos yang sering menyertai, biarkan saja itu urusan pemakainya. Kalau ada yang merasa mendapatkan energi positif karena memakai batu akik tertentu, toh tidak ada yang dirugikan. Tapi kalau banyak orang yang kapok berurusan dengan batu akik, itu baru bencana. (Ddm)