Air Danau Maninjau Tercemar Lagi, 130 Ton Ikan Mati Mendadak

KabarUtama9 Views

Kabarin.co, Agam — Lagi,  kematian ikan secara mendadak kembali dialami penambak ikan keramba jaring apung (KJA) di Danau Maninjau, Kabupaten Agam.

Ratusan ton ikan air tawar milik puluhan penambak mati secara massal akibat fenomena pembalikan massa air danau.

Jumlah ikan yang mati menurut perhitungan Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan (DPKP) kabupaten itu, mencapai 130 ton. Kematian ikan ditemukan di Nagari Kotomalintang, Duokoto dan Sungaibatang, Kecamatan Tanjungraya.

Kepala DPKP Agam, Rosva Deswira menyebut, di Kotomalintang jumlah ikan yang mati mencapai 50 ton dan Duokoto sebanyak 80 ton. Rata-rata ikan-ikan yang mati berukuran sudah bisa dipanen.

“Sedangkan di Sungaibatang, ikan yang mati masih benih yang baru siap ditebar. Jumlahnya masih dalam proses pendataan penyuluh di lapangan,” kata Rosva.

Di Nagari Kotomalintang lanjutnya, kematian ikan ditemukan di Jorong Rambai. Sebanyak 50 ton bangkai ikan bertebaran di 76 petak keramba milik 30 penambak.

Sedangkan di wilayah Duokoto, kematian ikan ditemukan pada 100 petak KJA yang yang mengapung di Dusun Linggai, Jorong Tanjuang Batuang. Data sementara, 15 penambak terdampak kerugian musibah kematian ikan ini.

“Total ikan yang mati berjumlah 130 ton milik dari 45 penambak. Jumlah bisa bertambah, karena proses pendataan masih berjalan,” tuturnya.

Jika dikalkulasikan kerugian akibat kematian massal ikan itu mencapai Rp 3,250 miliar. Angka ini sesuai harga jual ikan ditingkat petani Rp25 ribu per kilogram.

Tidak hanya itu saja, akibat kematian massal ikan tersebut membuat kondisi air danau semakin tercemar. Hal ini dikarenakan banyak penambak yang membuang bangkai ikan ke badan danau lalu membiarkannya saja mengapung dan membusuk di permukaan danau.

Pihaknya sudah mengimbau para penambak untuk tidak membuang bangkai ikan ke badan danau. Melainkan dipungut dan dikubur agar tidak memicu bau busuk dan amis di sekitar danau.

Fenomena kematian ikan secara massal kali ini tambahnya lagi, merupakan musibah perdana tahun 2022 ini. Fenomena demikian merupakan musibah menahun dialami pembudidaya ikan keramba Danau Maninjau. Hampir terjadi setiap awal tahun, pertengahan dan akhir kalender.

Seperti biasa jelasnya, ikan-ikan itu mati lantaran terjadinya penurunan suhu air danau akibat umbalan atau uppweling. Kondisi ini dipicu cuaca buruk berupa hujan deras disertai angin kencang yang membalikan massa air dari dasar ke atas.

Anomali cuaca ekstrem ini membuat zat-zat atau racun-racun dari dasar naik kepermukaan. Sehingga menyebabkan ikan kehilangan keseimbangan dan mencelakai ikan hingga akhirnya mati.

Sepanjang tahun 2021, tercatat kerugian sekitar Rp35,28 miliar akibat kematian 1.764 ton ikan secara massal di Danau Maninjau. Sesuai catatan DPKP Agam, musibah kematian ikan secara massal itu tiga kali terjadi sepanjang tahun 2021.

Periode Januari-Februari 2021 sebanyak 15 ton ikan mati massal di Nagari Bayua dan Kotomalintang. Musibah serupa kembali terjadi pada Mei 2021 dengan 44 ton ikan mati massal di Nagari Sungaibatang, Tanjungsani dan Kotomalintang. Terparah periode Desember 2021 dengan data 1.705 ton ikan mati massal tersebar di tujuh nagari.(*)