Dalil Imsak Puasa di Bulan Ramadhan

kabarin.co – Saya pikir tidak begitu penting. Ada yang meributkan Imsak (10 menit sebelum azan Subuh) itu tidak ada dalilnya. Padahal mereka saja yg tidak paham. Ini dalilnya:

Hadis riwayat Zaid bin Tsabit ra., ia berkata:
Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah saw. Kemudian kami melaksanakan salat. Kemudian saya bertanya: Berapa lamakah waktu antara keduanya (antara makan sahur dengan salat)? Rasulullah saw. menjawab: Selama bacaan lima puluh ayat. (Shahih Muslim No.1837)

Dari hadits di atas kita ketahui bahwa jarak makan sahur antara Nabi dgn para sahabat dengan sholat Subuh itu sekitar lama membaca 50 ayat Al Qur’an. Para ulama berijtihad sekitar 10 menit sebelum Azan.

Kalau makan sahur terus tanpa Imsak, tapi sampai mentok azan subuh, kebayang tidak hal2 berikut ini?

Bagaimana jika jam kita ternyata telat 2 menit. Kalau makan terus hingga waktu azan, berarti puasa kita batal. Apalagi jika di tempat kita ternyata tidak terdengar azan karena tidak ada masjid.

Bagaimana jika kita sedang makan makanan yang pedas dan haus ingin minum, tiba2 terdengar suara azan? Apa kita tidak tersiksa selama waktu berpuasa? Bagaimana pula jika kita makan terus dan keselek dan harus minum, tahu2 sudah azan Subuh? Di sinilah pentingnya Imsak. Kita masih punya 10 menit untuk mengatasi hal ini.

Kalau pakai Imsak 10 menit sebelum azan, kita kan bisa minum dengan tenang sambil bersiap2 sholat subuh. Kalau makan sahur terus hingga azan berbunyi (tanpa Imsak), berarti tidak sholat subuh berjama’ah dong? Kalau untuk pakai baju, wudlu, dan pergi ke masjid perlu waktu 10 menit, jika kita tidak mau Imsak, tapi makan terus hingga azan Subuh, telat kan untuk pergi ke masjid? Telat sholat berjama’ah di masjid?

Jadi Imsak itu adalah waktu untuk berhati2. Lampu Kuning. Imsak itu adalah hasil kajian ulama thd Sunnah Nabi. Jadi sebaiknya diikuti. Kalau kita tidak mau mengikuti ulama, siapa lagi yang kita ikuti?

Firman Allah:

“…Bertanyalah kepada Ahli Zikir (Ulama) jika kamu tidak mengetahui” [An Nahl 43]

Nah kita kalau tak tahu harus bertanya kepada Ulama yang senang berzikir kepada Allah. Bukan ulama Su’ yang lupa kepada Allah.

Allah meninggikan ulama dibanding orang2 awam. Pemahaman Ulama terhadap Al Qur’an dan Hadits atau masalah, itu lebih baik daripada pemahaman orang-orang awam:

” ….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujaadilah [58] : 11)

Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Az-Zumar [39]: 9).

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama”. (TQS.Fathir [35]: 28)

Allah juga menyatakan bahwa hanya dengan ilmu orang bisa memahami perumpamaan yang diberikan Allah untuk manusia.

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (Al ‘Ankabut:43)

Tuhan juga menegaskan hanya dengan ilmulah orang bisa mendapat petunjuk Al Qur’an.

“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat2 yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu” (Al Ankabut:49)

“Ulama adalah pewaris para Nabi” Begitu sabdanya seperti yang dimuat di HR Abu Dawud.

Baca juga: 5 Fakta Sidratul Muntaha, Pohon Langit

Kalau langsung Al Qur’an dan Hadits, tidak mau mengikuti ulama, ya bakal jadi seperti ini:

Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih MuslimNo.1771)

“Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih muda, dan bodoh, mereka mengatakan sebaik‑baiknya perkataan manusia, membaca Al Qur’an tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din (agama Islam) sebagaimana anak panah keluar dan busurnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Suatu kaum dari umatku akan keluar membaca Al Qur’an, mereka mengira bacaan Al-Qur’an itu menolong dirinya padahal justru membahayakan dirinya. Shalat mereka tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka.” (HR. Muslim)

“Mereka baik dalam berkata tapi jelek dalam berbuat, mengajak untuk mengamalkan kitab Allah padahal mereka tidak menjalankannya sedikitpun.” (HR. Al-Hakim).(kic)

Baca Juga, Gak Kalah Menariknya :

Kenapa Ilmuwan besar Prancis Ini Peluk Islam Usai Bedah Mumi Firaun ?

Larangan Keluar Saat Maghrib Bisa Dijelaskan Secara Ilmiah

Sejarah Sayyidina Ali Pernah Berdakwah Sampai Garut dan Cirebon