Salain itu, Asrorun Ni’am mengatakan, saat berbicara soal masalah politik dalam koridor keagamaan bukan hanya boleh, tapi diharuskan. “Karena Islam tidak memisahkan politik keumatan. Fenomena ini yang kami bahas jelang pilkada,” katanya.
Hal yang perlu dipahami adalah, kata Asrorun Ni’am, Islam memiliki aturan-aturan terkait dengan politik. Dalam kehidupan beragama, Islam tidak memisahkan antara agama dan politik.
“Agama harus jadi kaidah penuntun di dalam kehidupan politik kenegaraan, di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Termasuk di dalamnya adalah kegiatan politik. Akan tetapi, kalau mengatasnamakan agama untuk kepentingan politik praktis tentu ini harus dikoreksi. Agama tidak boleh dijadikan sekadar justifikasi untuk meraih tujuan politik sesaat,” tegasnya.
Kampanye di masjid
Ketika disinggung soal kampanye di dalam masjid, Asrorun Ni’am menyatakan masjid adalah pranata keagamaan dan agama Islam tidak melarang untuk bicara politik. “Bukan sekadar tidak melarang, tapi Islam memiliki aturan soal masalah politik, bagaimana cara memilih pemimpin itu kan bagian dari instrumen politik dan Islam mengatur. Kalau di masjid ngomong bagaimana cara memilih pemimpin yang baik, itu bukan hanya dianjurkan tapi itu bagian dari ajaran agama,” katanya.