Oleh: Nofria Atma Rizki (Sekretaris DPW PSI Sumatera Barat)
Kabarin.co – Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kembali mengguncang panggung politik nasional dengan langkah inovatif dan progresif yang belum pernah dilakukan partai politik lain di Indonesia. Melalui penyelenggaraan Pemilu Raya untuk memilih ketua umum secara langsung oleh seluruh anggota dengan sistem “satu anggota, satu suara” menggunakan platform e-vote, PSI tidak hanya menjalankan proses demokrasi internal, tetapi juga memperkenalkan sebuah tradisi politik baru yang lebih inklusif, transparan, dan modern.
Pemilu Raya adalah langkah awal bagi PSI untuk menjadi “Partai Super Terbuka”, yaitu sebuah partai yang dimiliki oleh semua anggotanya — bukan partai milik keluarga atau elit tertentu.
Inisiatif ini terinspirasi dari Presiden RI Ke-7 Bapak Joko Widodo (Jokowi) yang memimpikan adanya partai super terbuka di Indonesia. Ini juga merupakan respon PSI terhadap dinamika politik kekinian yang menuntut partisipasi lebih luas dari masyarakat, khususnya generasi muda.
PSI terus beradaptasi dengan semangat zaman dan keinginan masyarakat terutama anak muda yang ingin berpartisipasi secara langsung dalam menentukan arah politik.
Secara teknis, Pemilu Raya ini memungkinkan setiap anggota PSI untuk menggunakan hak suara mereka secara setara. Pemilihan akan dilaksanakan secara daring (online) dengan platform e-vote. Seluruh kader partai dan warga masyarakat yang mempunyai visi yang sama dengan PSI bisa mencalonkan diri. Syaratnya adalah mendapatkan dukungan minimal dari 5 Dewan Pengurus Wilayah di tingkat Provinsi dan 20 Dewan Pengurus Daerah (DPD) tingkat Kabupaten/Kota.
Adapun pengumuman pemenang Pemilu Raya akan dilakukan dalam Kongres PSI yang dijadwalkan berlangsung di Kota Solo pada Juli 2025 mendatang. Sementara, tahapan-tahapan Pemilu Raya lainnya akan disampaikan secara berkala melalui akun media sosial resmi DPP PSI.
Digitalisasi dan Demokrasi Internal Sejati
Langkah berani PSI tidak berhenti pada sistem satu anggota satu suara saja. PSI juga mengintegrasikan teknologi digital melalui platform e-vote sebagai media pemungutan suara.
Dengan cara ini, PSI tidak hanya mendekatkan teknologi pada kader, tetapi juga mendemonstrasikan bagaimana inovasi bisa digunakan untuk memperkuat proses demokrasi.
Selain itu, demokrasi di internal partai politik Indonesia masih sering dipertanyakan. Banyak pemilihan ketua umum partai dilakukan masih dalam forum kongres atau munas yang pesertanya terbatas dikalangan pengurus dan rentan dikendalikan oleh elite atau kelompok tertentu. Anggota biasa nyaris tidak memiliki suara dalam penentuan arah kepemimpinan partai.
Dengan mengadopsi sistem “one man one vote” atau “satu anggota satu suara”, PSI menjawab tantangan tersebut. Sistem ini menjamin bahwa setiap anggota, tanpa memandang status atau posisi, memiliki hak yang sama untuk memilih dan dipilih. Ini adalah bentuk demokrasi internal yang sesungguhnya—di mana suara setiap kader dihargai dan menentukan.
Pemilu Raya PSI bukan hanya bentuk keterbukaan, tetapi juga cerminan penghormatan terhadap prinsip kesetaraan dan partisipasi aktif seluruh anggota partai dalam proses pengambilan keputusan strategis.
Era Baru Politik Nasional
Pemilu Raya PSI juga berfungsi sebagai sarana pendidikan politik bagi kader. Kader / anggota tidak hanya menjadi penonton pasif, tetapi juga pelaku aktif yang turut menentukan masa depan partai. Ini penting dalam membangun generasi politisi yang sadar, terlibat, dan bertanggung jawab.
Melalui partisipasi langsung, kader belajar untuk memahami visi-misi calon, berdiskusi, menyampaikan aspirasi, dan membuat pilihan berdasarkan pertimbangan rasional. Proses ini mendorong tumbuhnya budaya politik deliberatif, bukan transaksional.
PSI menunjukkan bahwa partai politik bisa menjadi wadah pembelajaran dan partisipasi warga, bukan sekadar kendaraan kekuasaan bagi elite semata.
Langkah PSI ini tak hanya penting bagi internal partai, tetapi juga membawa dampak lebih luas terhadap lanskap politik Indonesia. Di tengah menurunnya kepercayaan publik terhadap partai politik,Pemilu Raya PSI bisa menjadi contoh bahwa transformasi politik masih mungkin terjadi.
Melalui Pemilu Raya, PSI menegaskan bahwa politik adalah milik semua orang—bukan hanya segelintir elite. Dengan begitu, PSI telah menyalakan obor perubahan yang bisa menerangi jalan panjang menuju demokrasi yang lebih utuh di Indonesia.
(*)