Pemilih Muda Adalah Pangsa Pasar Politik yang Menentukan di Pemilu 2019

Politik8 Views

kabarin.co – Partai Golkar telah menyatakan keinginan untuk menyasar kalangan pemilih muda di Pemilu 2019. Pemilih milenial diprediksi mencapai 70-80 juta dari sekitar 193 juta pemilih nasional atau di kisaran 35-40 persen total suara.

Dengan potensi suara yang amat besar, suara pemilih muda bisa mempengaruhi hasil Pemilu. Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) sebagai organisasi sayap Golkar mendapat tugas untuk bergerak secara konseptual demi menarik pemilih milenial.

Pemilih Muda Adalah Pangsa Pasar Politik yang Menentukan di Pemilu 2019

Kader muda AMPG Ahmad Irawan mengatakan AMPG sudah mulai aktif turun ke lapangan. Kegiatan yang banyak dilakukan biasanya program sosial namun untuk masuk ke kalangan milenial tentu tidak bisa dilihat dari sisi charity saja.

“Konsep yang sudah kami susun diantaranya melalui narasi publik, media sosial, diskusi hingga lomba kreatifitas mulai dari bisnis hingga olahraga,” kata Ahmad Irawan dalam diskusi bertajuk Partisipasi Milenial dalam Pemilu 2019 di Jakarta, Jumat (7/4).

Anggota KPU Hasyim Asy’ari yang turut menjadi narasumber mengatakan pemilih pemula sebagai pangsa pasar politik strategis. Dibutuhkan metode yang unik dan kreatif untuk menarik simpati mereka terlebih kalangan milenial dikenal memiliki sikap apatis terhadap politik.

“Kalangan muda ini biasanya punya karakter ingin terlibat. Political inclusion menjadi metode strategis untuk berpatisipasi dalam berpolitik, berdemokrasi,” kata Hasyim.

Pengamat politik Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago menyebut berbagai macam karakter pemilih milenial yang dikategorikan berusia 17-35 tahun. Diantaranya kreatifitas, melek teknologi, terbuka, egaliter hingga sikap politik yang tidak tetap atau berubah-ubah.

“Kita harus masuk ke dunia mereka dan berupaya memahami. Wilayah anak muda itu luas dan tidak kaku,” ujar Pangi.

Pemilih muda juga berpotensi muncul sebagai kalangan golput. Ada tiga golput menurut Pangi yakni golput administratif, golput ideologis dan golput teknis. Dan pemilih muda memiliki potensi ketiga golput tersebut.

“Jadi parpol harus memahami penyebab golput. Misal golput administratif karena tidak memiliki KTP-el, maka yang dikejar adalah bagaimana membuat pemilih muda itu tumbuh kesadarannya mengurus KTP-el.” (arn)

Baca Juga:

Kader Muda Golkar Akan Laporkan Setya Novanto ke MKD

Kader Muda Golkar: Sikap Ahok Tidak Memberi Nilai Tambah Apapun dalam Membangun Kultur Berpolitik

Akbar Tanjung: Wajar Golkar Ingin Cawapres