Roda Kehidupan, Makna Bhavacakra Ajaran Sang Budha

kabarin.co – Bhavacakra disebut juga sebagai Roda Kehidupan (The Wheel of Life) sering digambarkan melalui esensi ajaran Buddha, melalui Empat Kebenaran yakni keberadaan penderitaan duniawi, asal-usul dan penyebab, akhir atau pencegahan penderitaan dan jalan untuk membebaskan dari penderitaan.

Bhavacakra, merupakan representasi simbolis dari samsara yang ditemukan di dinding luar candi Buddha Tibet dan biara-biara di wilayah Indo-Tibet. Dalam Buddhisme Mahayana, hal ini diyakini digambar oleh Sang Buddha sendiri untuk membantu orang-orang biasa memahami ajaran Buddha.

Roda Kehidupan menjelaskan penyebab dari segala kejahatan dan dampaknya, tercermin dalam fenomena duniawi seperti itu dialami oleh semua orang sejak lahir hingga akhir hayat. Setiap orang bertanggung jawab atas nasib mereka sendiri, karena menurut Karma hal ini termasuk efek dari perbuatan sendiri.

Bhavacakra, Simbolis Roda Kehidupan

Dalam gambar Bhavacakra, komposisi melingkar merupakan panduan yang dijelaskan melalui gambar sepanjang jalan hitam ataupun jalur putih. Hal ini menjelaskan seseorang melalui dua belas jalan dan merupakan konsekuensi untuk dilahirkan kembali di salah satu ‘Enam Dunia’. Arti dari lukisan Roda Kehidupan untuk menunjukkan jalan keluar dari semua penderitaan dunia menuju ke luar.

Roda Kehidupan didedikasikan untuk semua makhluk yang belum mencapai langkah pertama pembebasan spiritual (Nirvana). Hal ini digambarkan dalam ajaran Buddha, Empat Kebenaran. Menjelaskan penyebab dari segala kejahatan dan dampaknya, tercermin dalam fenomena duniawi, sama seperti yang dialami oleh setiap orang seumur hidupnya.

Dalam membaca Roda Kehidupan dimulai dari pusat roda, terdapat tiga dunia spiritual yang digambarkan dengan simbol Babi Hitam untuk menyatakan ketidaktahuan (kebodohan), Ular Hijau untuk menjelaskan sifat iri hati dan kebencian, dan Ayam Merah dan untuk menjelaskan sifat nafsu dan keserakahan. Ada Dua belas gambar lingkaran luar yang dijelaskan sebagai berikut:

Dimulai dengan Ketidaktahuan (Avidya), buta rohani, digambarkan melalui simbol seorang pria tua buta dengan tongkat, tidak dapat menemukan jalan.

Samskara, gambar ini menunjukkan pembuat Pot yang menjadi simbol dari perbuatannya sendiri, yakni bertindak, berbicara dan berpikir, menciptakan karma sendiri atau disebut nasib.

Vijnana, gambar pohon dan monyet melompat dari cabang ke cabang, hal ini melambangkan kesadaran utama, tidak mampu mengendalikan diri. Analisis mengarah pada pemahaman fenomena dalam dan luar, psikologi Buddhis selalu bertujuan mengendalikan kesadaran.

Namarupa, dua orang dalam perahu, melambangkan nama dan bentuk, energi spiritual dan fisik yang tidak terpisahkan dan mengambang di aliran kehidupan.

Ṣaḍayatana, sebuah rumah dengan lima jendela dan pintu, melambangkan panca indera dan kemampuan berpikir, panca indra yang merasakan dunia luar.

Sparsa, seorang pria merangkul seorang wanita, menjelaskan adanya kontak, konsekuensi persepsi sensual.

Vedana, gambar ketujuh menjelaskan emosi dilambangkan dengan panah di mata.

Tṛṣṇa, Seorang wanita menawarkan minuman untuk seorang pria, menggambarkan keinginan, persepsi emosi menyebabkan rasa haus mendalam untuk menjalani kehidupan.

Upadana, Seorang pria memetik buah dari pohon, menggambarkan keterikatan sensual, kerinduan untuk menjaga apa yang diinginkan.

Bhava, pengantin berpakaian indah, melambangkan prokreasi dari kehidupan baru.

Jati, seorang wanita melahirkan anak, menunjukkan konsekuensi yang diikuti oleh kelahiran.

Jaramaraṇa, usia tua dan kematian, akhir dari kehidupan yang tak terelakkan dari semua eksistensi duniawi, mayat terbalut dan postur janin siap untuk kelahiran kembali dan menanti kesengsaraan disalah satu simbolis enam dunia.

Simbolis Enam Dunia Bhavacakra

Simbolis yang tergambar dalam Bhavacakra, Roda Kehidupan menggambarkan Enam Dunia, dalam istilah Sanskrit disebutkan sebagai berikut:

Deva, Dunia fana, dianggap sebagai tempat tinggal para Dewa, surga duniawi yang dicapai dengan perbuatan baik, digambarkan di bagian paling atas Roda Kehidupan. Di sini Sang Buddha dengan kecapi mengingatkan para dewa bahwa kesenangan mereka terbatas, dan menjaga mereka dari kesombongan dan keangkuhan.

Asura, di bagian kanan tergambar Dunia Titan (Raksasa), mereka berperang melawan para dewa dan berjuang untuk memenuhi keinginan mereka sendiri, penderitaan merupakan perang tak berujung yang mengakibatkan kecemburuan dan ambisi tak terpuaskan. Hingga Buddha muncul dengan membawa pedang.

Manusya, di bagian kiri atas, tergambar Dunia Pria yang didorong oleh egoisme dan kebodohan, mereka melalui siklus kelahiran berulang secara permanen, penyakit dan kematian. Digambarkan pula kemunculan Sang Buddha dengan mangkok untuk membantu mereka.

Tiryagyoni, di bagian kiri bawah tergambar Dunia Hewan, menjelaskan penderitaan khusus seperti penindasan oleh makhluk lain. Mereka melahap satu sama lain dan Buddha muncul dengan sebuah buku.

Preta, di bagian kanan bawah merupakan wilayah tak terpuaskan, setan-setan serakah, nafsu duniawi, menderita kelaparan dan kehausan, mereka tidak bisa tenang atau puas. Disini Buddha muncul dengan kotak harta karun yang diisi dengan perhiasan spiritual.

Naraka, di bagian paling bawah tergambar neraka dingin dan panas, tempat penyiksaan bagi semua orang yang telah melakukan perbuatan jahat, kebencian dan kemarahan. Hidup di neraka sangat lama tapi tidak kekal, setelah penebusan dosa-dosa, akan ada kemungkinan kelahiran kembali ke dunia yang lebih baik. Sang Buddha muncul dengan bantalan api untuk membawa cahaya dan harapan, bahkan untuk wilayah yang paling gelap.

Adanya gambaran Buddha di Enam Dunia menjadi simbolis Nirvana, melekat pada semua makhluk. Semua makhluk, para dewa, setan-setan yang tak pernah puas, para Titan yang berperang, semua memiliki kemungkinan mencapai keselamatan melalui kelahiran kembali untuk masa depan yang baik.(adc)