Tidak Laporkan Insiden ‘Autopilot’, Mobil Listrik Tesla Terancam Bubar

kabarin.co, NEVADA – Tesla motor dilaporkan harus menghadapi penyelidikan federal atas kecelakaan yang disebabkan kegagalan pada fitur kendali semi otomatis pada mobil buatannya.

US Securities dan Exchange Commission (SEC/Otoritas Jasa Keuangan-nya Amerika) membuka kembali penyelidikan terhadap perusahaan mobil listrik itu.

Hal ini diakibatkan keterlambatan perusahaaan memberi penjelasan kepada investorya tentang kecelakaan maut yang terjadi pada tanggal 7 Mei lalu.

Peristiwa itu menimpa sebuah sedan Model S yang dikendarai dengan menggunakan “Autopilot” menabrak trailer pengangkut traktor yang menewaskan pengemudinya.

Tesla baru membuka kepada publik tentang kecelakaan itu dua bulan kemudian.

Mengutip laporan dari jaringan berita Dow Jones, jaringan televisi CNBC yang menurunkan breakingnews penyelidikan kejadian tersebut sempat ‘mencuitkan’-nya di Twitter,

CNBC tweet

Terkait isu itu, juru bicara perusahaan melalui emailnya kepada sebuah media massa mengatakan, pihak Tesla tidak mendapat komunikasi apapun dari SEC.

Juru bicara untuk SEC menolak untuk berkomentar.

Penyelidikan pihak berwenang dilakukan seminggu setelah munculnya pertanyaan di majalah Fortune.

Apakah Tesla telah melanggar peraturan SEC dengan menjual produknya senilai total lebih dari 2 juta dolar tanpa menjelaskan terjadinya kecelakaan kepada para investor?

CEO Tesla, Elon Musk menolak berita itu, ia mengklaim bahwa peristiwa maut itu tidak ada kaitannya dengan nilai saham Tesla.

Dalam postingannya di sebuah blog, dia mengatakan saham perusahaan justru melonjak sehari setelah Tesla mengumumkan insiden – tapi justru dari sinilah Dinas Keamanan Lalulintas Nasional memulai investigasinya.

“Bisa dikatakan Tesla dan Musk tidak mengatakan yang sebenarnya bahwa seorang telah tewas ketika menggunakan teknologi auto-pilot yang oleh Tesla dikatakan sebagai teknologi yang aman dan penting bagi kostumernya,” kata Carol J. Loomis, seorang editor senior yang berpengalaman selama 60 tahun di bidang keuangan.

Empat hari setelah tesla mengumumkan hasil investigasi badan regulator tentang insiden 7 Mei, muncul insiden lain yang kemungkinan juga melibatkan autopilot.

Tidak ada korban, namun menyebabkan perusahaan harus memutuskan apakah fitur autopilot itu sedang digunakan saat terjadinya kecelakaan?

Problem yang dihadapi Tesla tidak berhenti sampai di situ. Awal bulan ini Tesla melaporkan melesetnya target pengiriman yang telah ditetapkan perusahaan.

Pemenuhan target produksi merupakan salah satu tolok ukur dari sehat tidaknya kondisi perusahaan, yang rentetan berikutnya berakibat pada terjun bebasnya harga saham Tesla di Wall Street.

Saham Tesla, yang sebelumnya naik mendekati 4 persen pada hari sesi perdagangan hari Senin, jatuh hampir 2 persen ketika muncul berita penyelidikan SEC atas perusahaan itu.

Tampaknya bulan-bulan ini Tesla sedang menghadapi mimpi buruk. Berbagai masalah bertubi-tubi menerpa perusahaan yang memproduksi mobil listrik ini.

Apakah perusahaan yang sedang naik daun ini akan tetap bertahan? Atau bahkan harus tutup karena peristiwa ini yang tampaknya seperti dibesar-besarkan ini?

Banyak yang tidak menyetujuinya dan balik bertanya, bagaimana dengan mobil-mobil konvensional yang juga mengalami masalah yang sama? Bahkan angka kecelakaan akibat masalah teknis itu jauh lebih besar.

Dan berapa banyak pembuat mobil yang mengumumkan: Berapa ratus orang yang meninggal setiap hari karena mengendarai mobil buatan mereka yang mengalami kegagalan teknis?

Airbag yang meledak, akselerasi yang tiba-tiba, pengapian yang tidak beres, skandal emisi gas buang, dan lain-lain. Beberapa kasus terjadi bahkan lebih bertahun-tahun sementara perusahaan mobil tidak berbuat apapun untuk itu! Sumber hufftingtonpost.com (mfs)