Analis: Fundamental Keuangan XL Axiata Sehat Setelah Jual Menara

KabarEkonomi320 Views

kabarin.co – JAKARTA,  Melepas unit menara diperkirakan akan mendorong fundamental keuangan emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk (EXCL) menjadi lebih baik, menurut analis Bahana Sekuritas.

Penjualan aset menara sendiri digunakan XL Axiata untuk melakukan pembayaran utang. Kajian dari analis Bahana Sekuritas mengkalkulasi jika XL melepas 2.500 menara dengan nilai sekitar Rp 1,6 miliar akan ada dana segar masuk sekitar Rp 4 triliun.

“Ini akan signifikan membantu fundamental keuangan perseroan tetapi ada resiko penurunan pendapatan di sewa menara serta naiknya biaya jaringan,” kata analis Bahana, Leonardo Henry Gavaza, Kamis (17/3/2016).

Bahana memperkirakan pada 2016 ini XL Axiata akan memiliki pendapatan sekitar Rp 24,2 triliun dengan keuntungan Rp 449 miliar.

Bahana juga memprediksi XL Axiata bisa memiliki 43,298 juta pelanggan dengan rata-rata pendapatan per pelanggan atau average revenue per user (ARPU) sekitar Rp 41 ribu sepanjang 2016.

Berdasarkan paparah kinerja perseroan di 2015, XL Axiata mendapatkan pendapatan sebesar Rp 22,96 triliun sepanjang 2015 atau turun 3% dibandingkan periode 2014 sebesar Rp 23,56 triliun.

Direktur Keuangan  XL Axiata Mohamed Adlan bin Ahmad Tajudin optimistis perseroan mencatat kinerja positif di 2016 setelah merugi di 2015.

Menurut dia, fundamental keuangan perseroan diprediksi akan sehat pasca monetisasi sekitar dua ribu hingga 2.500 menara di semester pertama 2016.

“Tujuan monetisasi menara ini untuk mengurangi utang. Kalau sukses tentunya fundamental dari XL makin sehat,” ungkap Adlan di Jakarta, Kamis (17/3/2016).

Dia menjelaskan, perseroan pada tahun ini ingin menekan jumlah utang hingga sebesar Rp 13,29 triliun.

Utang tersebut terdiri atas utang jatuh tempo senilai Rp 3,93 triliun dan percepatan pelunasan utang yang mencapai Rp 10,8 triliun. Rencananya, seluruh utang jatuh tempo tahun ini akan dibayar dengan kas internal.

“Sumber dana untuk percepatan pelunasan utang berasal dari rights issue dan penjualan menara. Ini aksi korporasi masing-masing independen dan tengah berjalan,” jelas dia.

Dia menambahkan, jika semua berjalan mulus dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berjalan stabil, bisa jadi pada tahun ini XL mencicipi keuntungan. “Kami sudah lakukan hedging. Kalau semua normal, kami untung tahun ini,” kata dia.

Dampak DNI

Sebagai informasi tambahan, tender menara tahap II yang tengah dilakukan XL Axiata dikabarkan tak hanya menyajikan persaingan antara pemain lokal, tetapi perusahaan asing pun ikut bersaing.

Bisa masuknya pemain asing tak bisa dilepaskan dengan isu perubahan di Daftar Negatif Investasi (DNI) bisnis menara yang belum diputus pemerintah.

Kabarnya,  Kementerian Komunikasi dan Informatika mengizinkan perusahaan asing masuk ke bidang usaha menara telekomunikasi dengan kepemilikan 49% pada 2017.

Sementara dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, pemerintah masih menutup kesempatan investor asing masuk dalam bisnis menara dengan hanya mengizinkan investor lokal menguasai 100% saham perusahaan menara.

Usulan DNI memang telah masuk ke Presiden sejak Februari 2016, tetapi belum keluar Peraturan Presiden.

“Kalau peserta sudah ambil dokumen dan belum ada yang mundur. Kami ada Non Disclosure Agreement (NDA) dengan semua peserta. Nama peserta tender saja tak boleh kami buka,” kata Adlan.

Dia menjelaskan, dalam melepas menara perseroan tak hanya menjadi pembeli, tetapi mitra yang ideal, sehat, dan kuat. “Kami ini bukan jual putus. Itu menara kan di-lease back. Jadi cari partner yang ada nilai tambah,” pungkas dia.

Pada perdagangan Rabu (16/3/2016) harga saham XL ditutup di level 4.020.

Leave a Reply