Dibesarkan di Kawasan Dolly, Bocah Perempuan 8 Tahun Ini Kecanduan Seks. Pemkot Surabaya Turun Tangan Merehabilitasi

kabarin.co – Masyarakat Indonesia kembali terhenyak, ketika membaca, mendengar, dan menonton berita terkait perilaku seksual anak di bawah umur. Miris dan membuat para orang tua mengelus dada, Seorang bocah berusia delapan tahun diadukan ke Pemkot Surabaya oleh ibunya sendiri, karena diusia sekecil itu sudah kecanduan seks.

Sang ibu sengaja melaporkan anak perempuannya karena khawatir terhadap kehidupan anak perempuannya itu. Pasalnya, sang ibu terkejut bukan kepalang, setelah mendengar pengakuan dari ketiga anaknya yang lain.

Rupanya, anak sulungnya itu telah mengajari ketiga adiknya berperilaku tidak senonoh. Adiknya yang berusia tujuh tahun, empat tahun, dan satu tahun diajarkan untuk berciuman dan memainkan organ intim.

Bocah berinisial YK itu, bahkan meminta direkam pada bagian sensitif dan tubuh yang telanjang. Perilaku YK pun membuat, ibu dan ayahnya geram. Keduanya lantas memarahi dan memukul YK. Tak lama sang ibu sadar, caranya mendidik YK tak memberikan dampak yang baik.

Pada akhirnya, ia mencoba mengadukannya, berhadap akan mendapatkan bantuan dari pihak pemerintah. Benar saja, pemerintah setempat langsung tanggap terhadap pengaduan tersebut. Mereka menerjunkan tim yang terdiri dari dokter, psikolog, dan psikiater untuk menangani YK.

Hasil pemeriksaannya cukup mengejutkan. Pengetahuan YK terkait hubungan seksual ternyata diajarkan oleh seseorang. Ia bahkan terampil mengakses video porno melalui Youtube. Bagaimana bisa bocah kelas 1 SD bisa seperti itu?

Ya, lagi-lagi penyebabnya adalah lingkungan tempat tinggalnya. Berdasarkan penuturan orangtuanya, sebelumnya, YK tinggal bersama neneknya di kawasan lokalisasi Dolly sejak usia dua tahun. Orang tuanya sengaja menitipkan YK hingga 2016.

Kawasan ini memang dikenal sebagai tempat prostitusi. Walaupun tidak semua bangunan membuka jasa prostitusi, tetapi dampak dari lingkungan sosial di lokasi tersebut ternyata berpengaruh terhadap kehidupan YK.

Neneknya yang membuka warung nasi di kawasan tersebut, ternyata membuat YK bergaul dengan orang dewasa. Namun, sejauh ini YK mengaku belum pernah berhubungan intim dengan orang dewasa.

Menurut Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Surabaya Nanis Chairani, YK diberikan obat untuk menurunkan gairah seksual (libido).

“Kini anak tersebut diberi obat untuk menurunkan libido sehingga aktivitas menyimpang yang mengajarkan adiknya untuk melakukan perilaku orang dewasa bisa dikurangi,” kata Nanis, Rabu (17/1/2018), seperti yang dilansir Tribun Jatim.Se lain itu, YK pun akan didampingi terus-menerus oleh psikolog dan psikiater.

Komisi D DPRD Surabaya ikut menyoroti kasus bocah perempan kecanduan seks, yang selama ini dibesarnya di kawasan lokalisasi Dolly dan Jarak. Pemkot Surabaya diminta memberikan penanganan serius terhadap Putri dan Bunga (bukan nama sebenarnya) yang mengalami kecanduan seks. Rehabilitasi harus dilakukan agar kedua bocah perempuan itu bisa kembali normal.

Sebenarnya, Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya juga sudah melakukan tindakan cepat, dengan langsung melakukan pendampingan secara berkala.

Dinkes Surabaya memberikan pendampingan psikolog dan psikiater terhadap “Perlahan tetapi pasti akhirnya ya hilang juga kecanduannya meski kami tetap pantau,” kata Kepala Dinkes Surabaya drg Febria Rachmanita.

Dia mengungkapkan, psikiater dan psikolog bekerja keras juga untuk menyembuhkan Bunga. Bahkan, obat penurun libido juga akan diberikan jika kondisi Bunga terus kecanduan seks.

Ketua Komisi D Agustin Poliana mengatakan, rehabilitasi dengan didampingi psikiater dan psikolog memang harus dilakukan. Sehingga tingkat kecanduan seks yang dialami bisa menurun drastis dan hilang. “Harus bisa dihilangkan kecanduannya, kasihan bisa mempengaruhi masa depannya,” terangnya, Jumat (19/1).

Sehingga, pikiran anak tersebut tidak lagi berpikir tentang seks. “Pikirannya biar tidak lagi mengarah ke sisi negatif, tetapi akan berpikir positif dan bisa beristirahat,” ujarnya.

Menurutnya, Pemkot Surabaya melalui Dinas Pengendalian Penduduk Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Surabaya juga harus bisa menghindarkan kedua anak itu dari lingkungan yang “rawan”.

Dikarenakan jika masih di lingkungan yang sama seperti lokalisasi Dolly dan Jarak maka akan kembali seperti semula. “Harus diawasi baik itu tingkah laku dan kesehariannya,” ucapnya.(*/trb)