Jakarta, kabarin.co – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) atau Semen Indonesia Group (SIG) tengah menjadi sorotan Komisi VI DPR RI.
Dalam Rapat Dengar Pendapat yang berlangsung pada Rabu, (4/12/2024), usulan signifikan dilontarkan: mengubah status SIG dari operating holding menjadi strategic holding.
Usulan ini muncul karena SIG dianggap hanya “menikmati hasil” dari aktivitas operasional entitas-entitas usahanya yang tersebar di berbagai daerah, tanpa memberikan peran strategis yang memadai bagi anak-anak perusahaan tersebut.
“Kalau boleh kita rekomendasikan, Semen Indonesia ini menjadi **strategic holding** saja, jangan lagi operating holding. Supaya lebih adil. Anak-anak perusahaan jangan hanya dikasih permainan kecil setiap waktu, yang bagus-bagusnya malah ditarik ke pusat,” ujar Anggota Komisi VI DPR RI Kawendra Lukistian dalam rapat tersebut.
Usulan itu didukung pernyataan Ismail Bachtiar, anggota Fraksi PKS, yang menyoroti kemerosotan kinerja PT Semen Tonasa, anak usaha SIG.
Dulunya dikenal sebagai perusahaan “kokoh dan kuat,” kini Semen Tonasa dinilai kehilangan daya saing akibat pengelolaan strategis yang terlalu tersentralisasi di SIG.
“Hampir seluruh hal strategis PT Semen Tonasa ditarik ke pusat oleh SIG. Yang bagus-bagus diambil, yang tersisa hanya debunya untuk masyarakat Sulawesi Selatan,” tegas Ismail.
Ismail meminta Direktur Utama SIG, Donny Arsal, untuk mempercayakan pengelolaan aspek strategis kepada anak perusahaan di daerah agar mereka lebih mandiri dalam mengelola pasar dan operasionalnya.
Andre Rosiade, anggota Fraksi Gerindra, juga menilai bahwa posisi SIG sebagai operating holding tidak efektif.
Ia menyarankan perubahan ke strategic holding agar SIG fokus pada penetapan Key Performance Indicators (KPI) dan Standard Operating Procedures (SOP) untuk anak usahanya, sementara operasional sepenuhnya dikelola oleh masing-masing perusahaan daerah.
“Nanti anak usaha bisa bekerja lebih cepat dan lebih gesit. Jangan memaksakan model lama yang sudah jelas tidak efektif,” ujar Andre. Andre Rosiade juga menyatakan bahwa kinerja SIG yang terus menurun menjadi salah satu alasan utama evaluasi ini.
Menurutnya, SIG telah “mengangkangi” pemasaran semen yang dilakukan entitas usahanya, sehingga anak perusahaan kehilangan kemampuan bersaing di pasar lokal.
“Berikan kesempatan kepada Semen Tonasa, Semen Padang, Semen Baturaja, Semen Gresik, dan SBI (Solusi Bangun Indonesia) untuk menentukan pasar dan mengelola distribusi sendiri. Dengan cara ini, mereka bisa lebih tahu pasar mereka dan lebih fleksibel dalam strategi pemasaran,” tegas Andre.
Data menunjukkan bahwa SIG membukukan laba sebesar Rp719,72 miliar pada kuartal III-2024, turun drastis sebesar 58% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pendapatan SIG juga menyusut sebesar 4,9% menjadi Rp26,29 triliun secara tahunan.
Menurut Direktur Utama SIG, Donny Arsal, penurunan ini terjadi akibat melemahnya permintaan dari segmen ritel.
“Di segmen ritel, permintaan turun 5%, dan harga juga terdorong ke bawah karena kompetisi ketat,” jelas Donny.
Selain tantangan di segmen ritel, SIG juga menghadapi masalah oversupply yang signifikan.
Kapasitas produksi SIG mencapai 122 juta ton, sementara permintaan hanya 65 juta ton. Hal ini membuat SIG menghadapi tekanan besar karena kelebihan pasokan.
“Kondisi ini membuat kami harus benar-benar berhati-hati dalam mengelola kapasitas produksi agar tidak semakin membebani kinerja perusahaan,” ujar Donny.
DPR RI melalui Komisi VI akan mendorong evaluasi menyeluruh terhadap SIG, termasuk usulan pengubahan status dari operating holding menjadi strategic holding.
Dengan langkah ini, SIG diharapkan dapat memfokuskan perannya pada pengaturan strategi besar, sementara anak perusahaan dapat lebih mandiri dalam menjalankan operasional dan memperluas pasar. (***)