Kronologi Kasus Bagasi Wings Air yang Menuai Petisi Online

Komplain5 Views

kabarin.co, Jakarta – Terkait kasus bagasi yang menimpa maskapai penerbangan Wings Air, saat ini muncul kembali petisi daring (online) untuk Kementerian Perhubungan dan Lion Air Group.

Petisi tersebut dibuat oleh Taufik yang merupakan salah satu penumpang Wings Air (Lion Air Group) Rote Ndao tujuan Kupang dengan nomor penerbangan IW 1936 pada Rabu (8/6).

Petisi ini dipicu oleh kebijakan pihak maskapai Wings Air untuk tidak mengangkut barang bawaan penumpang hingga ke tempat tujuan dengan alasan untuk mengurangi beban sehingga pesawat bisa terbang hingga ke tempat tujuan.

Saat melakukan check in di counter Wings Air, Taufik diminta untuk menimbang koper bawaannya. Hasilnya berat koper 7,45 kilogram dan diminta masuk dalam bagasi. Awalnya, Taufik menolak karena selama ini bisa masuk dalam bagasi kabin pesawat.

Namun, akhirnya dia bersedia memasukkannya dalam bagasi karena beratnya lebih dari tujuh kilogram.

Tidak lama kemudian, panggilan boarding. Pada saat akan memasuki pesawat, Taufik melihat kopilot ada di bawah dan menginstruksikan kepada petugas ground handling agar para penumpang tidak sekaligus tapi tiap lima orang.

Dia juga mendengar bahwa jika tidak dilaksanakan pesawat bisa terguling (tipe pesawat ATR 72-500).

“Selama saya naik pesawat ATR, baru kali ini proses boarding dilakukan tiap lima orang, apalagi mendengar bahwa jika dilakukan dengan cara tersebut pesawat bisa terguling,” ujarnya, seperti dikutip dari situs Change.org, Kamis (9/6) malam.

Akhirnya semua penumpang duduk di kursi masing-masing. Sekitar 20 menit, pesawat tidak kunjung bergerak.

Kemudian, petugas ground handling mengumumkan (tanpa pengeras suara) bahwa pesawat kelebihan muatan dan meminta kerelaan tiga orang penumpang tidak ikut terbang untuk mengurangi beban.

Setelah kira-kira 5 hingga 10 menit, ada tiga orang penumpang yang rela tidak ikut terbang. Aneh, kata Taufiq, pramugari mengatakan ketiga penumpang tersebut dapat kembali duduk dan pesawat segera lepas landas (take off).

Selama proses take off sampai mendarat, banyak penumpang termasuk Taufiq merasa waswas. Sebab, sebelumnya telah diumumkan bahwa pesawat kelebihan beban dan tidak akan terbang jika tidak ada pengurangan beban.

Sekitar pukul 17.10 WITA pesawat tersebut mendarat dengan selamat di Bandara El Tari Kupang walaupun dengan hard landing. Seperti biasa, para penumpang turun dari pesawat dan menunggu di ruang pengambilan bagasi.

Taufiq mengatakan, keanehan kedua terjadi saat mobil yang biasanya digunakan untuk mengambil bagasi di pesawat dan diantar ke belt conveyor tidak membawa satu pun tas, koper, atau dus untuk diletakkan di belt conveyor.

Sekitar 10 menit menunggu, Taufiq dan penumpang lainnya menanyakan ke petugas Lion mengenai bagasi mereka.

“Saya terkejut ketika petugas tersebut mengatakan bahwa semua bagasi penumpang diturunkan di Bandara Rote Ndao untuk mengurangi beban sehingga pesawat bisa terbang ke Kupang,” ujarnya.

Para penumpang diminta untuk menunjukkan boarding pass, label bagasi, dan KTP untuk kemudian didata. Penumpang diminta untuk mengambil bagasi di Bandara El Tari pada Kamis (9/6) pukul 16.30 WITA.

Taufiq dan beberapa penumpang tidak terima dengan kejadian ini karena keesokan harinya mereka ada penerbangan menuju kota lain.

Ditambah lagi penurunan bagasi para penumpang tidak dikonfirmasi ke penumpang. Apalagi, tadi sudah ada tiga penumpang yang secara sukarela tidak ikut terbang. (rep)