Mbah Liem. Pencetus Slogan ‘NKRI Harga Mati’

kabarin.co – Frasa ‘NKRI Harga Mati’ seringkali kita baca, dengarkan, maupun ucapkan. Namun pernahkah Anda bertanya-tanya siapakah sosok yang pertama kali mengucapkankan dan terus mengkampanyekannya sehingga menjadi slogan umum seperti sekarang?

Kita barangkali tidak mengira bahwa pencetusnya adalah seorang ulama. Pendiri Pondok Pesantren Al-Muttaqien Pancasila Sakti di Klaten, almarhum KH Moeslim Rifa’i Imampuro, atau akrab disapa alias Mbah Liem. Dalam berbagai kesempatan di kegiatan pondok, pertemuan kiai maupun acara-acara umum, dia meneriakkan ‘NKRI Harga Mati’.

Menurut penuturan putranya, Saifudin Zuhri, slogan itu mulai didengungkan oleh ayahnya sejak sekitar tahun 1990-an.

“Pastinya saat itu beliau sudah sepuh (tua). Paling tidak itu saat berdirinya pesantren ini, sekitar 1994-1995,” ungkap Gus Zuhri, sapaannya, saat ditemui di kediamannya, Sumberejo, Desa Troso, Kecamatan Karanganom, Klaten, Rabu (16/8/2017).

Seiring berjalannya waktu, kata Zuhri, Mbah Liem melengkapi slogannya menjadi ‘NKRI PAMD Harga Mati’. PAMD adalah singkatan dari Pancasila Aman Makmur Damai.

“Mbah Liem pernah menulis, ‘Dari manapun kebangsaannya, yang ingin mengganti dasar negara Pancasila, saya dhoif muslim (Mbah Liem) wajib mengingatkan, mengingatkan.’ Disebut dua kali artinya penekanan, tidak ada yang boleh mengganti Pancasila,” pria yang menjabat Ketua Yayasan Al-Muttaqien Pancasila Sakti itu.

Mbah Liem adalah seorang ulama kharismatik dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Dia adalah keturunan Kiai Imampuro, ulama ternama dari Keraton Surakarta. Dekat dengan kalangan petinggi negara hingga petani-petani miskin di pedesaan.

Rasa nasionalisme yang tinggi merupakan caranya menjaga warisan para pendiri bangsa, termasuk ulama, yang memerdekakan Indonesia. Pancasila menurutnya sudah final. Dasar negara selain Pancasila ia pastikan tidak dapat digunakan di Indonesia. Dengan Pancasila, Islam yang rahmatan lil alamin justru benar-benar bisa diterapkan.

Di Pondok Pesantren Al-Muttaqien Pancasila Sakti, para santri MTs dan MA wajib mengikuti upacara bendera. Dalam berbagai acara, pesantren juga tak pernah lupa menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Mbah Liem meninggal pada 2012 saat berusia 91 tahun. Makamnya berada di sebuah joglo kompleks pondok pesantren. Bangunan Jawa itu dinamai Joglo Perdamaian Umat Manusia Sedunia. (wck/det)

Baca juga:

Mengenal Saldi Isra, Hakim Konstitusi Pengganti Patrialis Akbar

Tokoh Perlawanan Orde Baru Itu Telah Berpulang, Selamat Jalan Ahmad Taufik

Rayakan Ulang Tahun Taman Nasional Komodo ke 37 Jadi Google Doodle