Padang,Kabarin.co-Saat pandemi Covid-19 mendera Sumbar, Syadriani (63) harus kelimpungan memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Pasalnya, dia hanya bekerja sebagai tukang urut atau tukang pijat yang biasa dipanggil atau didatangi pelanggan ke rumahnya di Jalan Padang, Kelurahan Surau Gadang, Kecamatan Nanggalo, Kota Padang. Siapa yang mau “diuruik” saat virus yang dianggap bisa berpindah dari sentuhan atau berdekatan saja sedang merajalela?
“Waktu virus corona datang, susah kami untuk makan. Tak ada orang yang mau diurut, semua takut. Bahkan ada dua bulan tak ada orderan, kalaupun ada bisa sekali seminggu atau dua minggu. Kalau sekarang sudah lumayan, tapi juga masih sedikit,” kata Syadriani yang kini menangguh hidup ibunya Dahnar (83), anaknya, dan tiga orang cucunya di rumah sempit kecil itu.
Biasanya, Syadriani mematok jasa urutnya Rp50 ribu. Namun karena wabah masih belum berlalu, dia sekarang tak terlalu banuak mematok. Berapa dikasih pelanggan saja dia terima, asal bisa makan. “Sekarang sebenarnya sudah agak lumayan, tapi orang juga tak banyak duit, tak perlu mahal-mahal,” katanya.