Ketua DPD Partai Gerindra Sumatra Barat itu mengatakan keberadaan pabrik semen baru akan langsung membuat produksi semen dalam negeri surplus. Kondisi tersebut dinilainya dapat mengancam keberadaan perusahaan semen lama di Indonesia.
“Supaya Pak Menteri tahu, utility pabrik semen saat ini hanya 68%, oversupply per tahun itu sudah 42 juta ton. Pertanyaan saya, pabrik semen baru itu dipergunakan untuk membunuh industri semen yang lama atau apa Pak Menteri?” terangnya.
“Apakah kita bangun pabrik semen dari Tiongkok di Kalimantan, lalu kita bunuh pabrik-pabrik semen yang lain? Padahal kita sudah oversupply 42 juta ton dan utility kita hanya 68%,” lanjutnya.
Sementara itu, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menjelaskan pemerintah telah mengetahui kondisi oversupply semen yang terjadi di berbagai wilayah, kecuali Papua. Oleh karena itu, izin hanya diberikan pada pabrik semen baru di Papua.
“Sementara untuk Kalimantan, itu termasuk dalam kategori investasi mangkrak senilai Rp 708 triliun yang berorientasi untuk ekspor sekitar 90%. Jadi produknya 90% diekspor dan 10% untuk lokal,” ujar Bahlil.