Budhi menambahkan, alasan Tiangin tidak dirawat di puskesmas atau rumah sakit, bukan karena tidak ada yang mau mengurus, namun karena tidak ada keluarga yang akan menunggui.
Informasi yang diperoleh dari warga Siparayo, bahwa saat gempa dahsyat menguncang Pasaman Jumat pekan lalu, Tiangin sempat terkurung di reruntuhan rumahnya yang hancur di Siparayo.
“Informasi warga sekitar, Tiangin hanya menderita luka ringan, dan telah berobat ke Bidan Desa setempat,” ujar Budhi Hermawan.
Sementara itu, keterangan pihak keluarga korban, luka physik yang diderita Tiangin tidaklah terlalu serius, namun traumatik akibat terkurung bangunan rumahnya yang rubuh, mengakibatkan kondisi kesehatannya terus menurun.
Kematian Tiangin dan Desi Ratna Sari di hari kedelapan pasca gempa, telah menambah panjang daftar kematian korban bencana gempa bumi Pasaman.
Dari semula empat orang meninggal dunia di hari pertama, menyusul satu orang hari kedua, berlanjut penemuan jasad orang hilang di hari ke lima, dan satu jasad orang hilang pada hari keenam, serta dua kematian di hari kedelapan sekarang.