Hatta didatangkan ke Bangka pada 22 Desember 1948, sedangkan Soekarno 2 bulan setelahnya yakni pada Februari 1949. Keduanya menempati lokasi yang berbeda, Hatta berada di sebuah wisma di atas Bukit Menumbing sedang Soekarno di Kota Muntok. Pada mulanya, Hatta bersama Pringgodigdo, MR. Assat & Soerjadarma ditempatkan dalam penjara di tengah ruangan dengan ukuran 4×6.
Namun kemudian tindakan tersebut mendapat kecaman dari PBB hingga akhirnya Hatta ditempatkan dalam sebuah kamar. Sedangkan Soekarno bersama Agus Salim, Moch. Roem dan Sutan Syahrir ditempatkan di Wisma Ranggam atau Pesanggrahan Muntok.
Kemudian peran Yogyakarta selain sebagai Ibukota negara sebelum terjadinya Agresi Militer ke 2 oleh Belanda, daerah ini kemudian menjadi pusat Serangan Umum 1 Maret 1949 yang terjadi di Yogyakarta. Serangan ini telah dipersiapkan oleh jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III dengan mengikutsertakan pimpinan pemerintah sipil setempat berdasarkan instruksi dari Panglima Divisi III, Kol. Bambang Sugeng. Serangan ini bertujuan untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih ada dan cukup kuat, dengan harapan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB.