Padang, kabarin.co – Komunitas Seni Pertunjukan Indonesia Performance Syndicate bakal menggelar pertunjukan seni kontemporer Legaran Svarnadvipa.
Pertunjukan ini rencananya digelar pada hari Sabtu, 29 Juni 2024, di Lapangan Cindua Mato Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar.
Ini menjadi pertunjukan pertama yang hadir setelah berakhirnya status tanggap darurat di daerah yang dilanda bencana banjir lahar dingin tersebut.
Hadirnya pertunjukan seni kontemporer yang diusung itu, diharapkan menjadi sebuah gerakan bangkitnya seni, budaya dan pariwisata pascabencana.
Sutradara Legaran Svarnadvipa, Wendy HS saat jumpa pers, Rabu (26/6/2024) di Kafe Pabriek Block Padang mengatakan pihaknya sudah menjalin komunikasi dengan
Bupati Tanah Datar
“Kita rencanakan ini jadi gagasan pembangkit dan penggerak seni dan pariwisata,” katanya.
Karena kegiatan pertunjukan ini menjadi yang pertama mengawali pascabencana, Wendy mengimbau publik Kabupaten Tanah Datar kembali terbuka untuk seni dan pariwisata.
Meskipun infrastruktur jalan dan jembatan masih dalam proses perbaikan di daerah ini.
Wendy mengungkapkan, pertunjukan kontemporer Legaran Svarnadvipa merupakan pertunjukan dengan tema tentang mitos emas.
“Emas hari ini masih menjadi sumber kekayaan dan penghasilan utama perusahaan. Tapi tetap saja jadi mitos bagi rakyat jelata,” ungkapnya.
Legaran Svarnadvipa kisah tentang emas yang menjadi budaya dalam masyarakat di suatu pulau.
Ini kisah tentang emas yang menjadi cerita turun-temurun dari generasi ke generasi suatu masyarakat yang konon beradat kuat.
Ini kisah tentang emas yang dianggap punya kualitas terbaik di masanya yang menjadi alat tukar dalam bersosial.
“Ini kisah tentang emas yang diburu oleh para saudagar emas dunia hingga saat ini,” katanya.
Ini kisah tentang Svarnadvipa, tentang legaran yang pernah menempatkan nenek moyang kita menjadi bagian penentu hitam-putihnya warna dunia.
“Ini kisah tentang Svarnadvipa, tentang sebagian kita hari ini yang bermimpi memiliki kebun emas di halaman belakang rumahnya,” terangnya.
Wendy secara blak-blakan bahkan menyampaikan belum ada suatu daerah yang masyarakatnya jadi kaya dan sejahtera hanya karena tambangnya.
Seperti adanya potensi minyak di Riau yang dikelola oleh perusahaan Caltex Indonesia.
Yang terjadi adanya ketimpangan besar di tengah masyarakat.Peran publik memikirkan masalah ini.
Tidak serta merta memberikan untuk digali, tetapi kecerdasan untuk ikut berperan melahirkan komitmen antara pengusaha dengan masyarakatnya.
“Kepekaan ini ingin dibagi melalui pertunjukan Legaran Svarnadvipa,” ungkap Wendy.
“Ada sesuatu di dalam perut bumi kita ini yang diincar. Kita lihat saja dampak tambang batubara di zaman kolonial, yang kini ditampilkan melalui event Gelanggang Arang,” terangnya.
Event bagaimana masyarakat ikut merayakan dampak adanya tambang batubara ini.
Apa yang dirayakan? Apa penindasan atau hanya merayakan batubara hanya lewat rel kereta api? Hanya lewat saja.
“Bagaimana dengan nasib masyrakat di Solok dengan adanya batubara yang lewat,” terangnya.
Wendy berharap apa yang terjadi di masa lampau ini tidak lagi terjadi lagi ke depannya.
Kualitas emas di Sumatera, khususnya Sumbar dalam catatan VOC dan sumbangan emas untuk tugu Monas menjadi catatan khusus.
“Ini menjadi tema yang dibungkus melalui metode sendiri, mengolah cara laku tubuh dalam pertunjukan kontemporer dalam tradisi kita seperti salah satunya randai,” tambahnya.
Inovasi dalam Legaran Svarnadvipa sebagai bentuk totalitas penggabungan unsur etik, theater, dancing dan musicing.
Pertunjukan yang akan berlangsung selama satu jam ini juga akan didukung oleh beberapa kelompok seni tradisi dari Lintau Kabupaten Tanah Datar.
Juga didukung oleh Uda-uni Tanah Datar.
Pada kesempatan jumpa pers itu, tiga performer dihadirkan di depan awak media, yakni Dewi Safitri yang akan tampil sebagai penari, Riza Greycia, berperan sebagai Bundo Kanduang dan Abdul Haris, sebagai Anak Buah Kapal.
Mereka sedikit memperagakan aksi pertunjukan yang akan mereka tampilkan pada 29 Juni 2024 nanti.
“Performer kita ini sebelumnya sejak Mei sudah ikuti workshop. Mereka akan coba wujudkan itu melalui hasil workshop yang telah diikuti,” terang Wendy.
(*)