Muslim Filipina Tak Kenal Pembatas Identitas, Islam Agama yang Satu

kabarin.co – Orang Islam merupakan komunitas agama terbesar kedua di Filipina, sebuah negara dengan dominasi Katolik. Sensus 1975 menyatakan penduduk Islam di sana mencapai 7 persen atau tiga juta orang. Orang mengenal mereka dengan menyebutnya ‘dengan gebyah uyah’ sebagai orang Moro (orang Eropa awalnya menyebut Moro sebagai panggilan pejoratis sebagai istilah orang dari selatan/Muslim).

Sedangkan, jumlah Ummat Islam di Filipina sekarang sebanyak 12 juta jiwa atau 12 persen dari populasi penduduk Filipina. Tapi ada data lain ada yang mengatakan populasi umat Islam di sana hanya 5 persen saja.

Filipina berada di urutan ke-12 di dunia dalam jumlah penduduk dengan jumlah 86,241,697 jiwa pada 2005, dan Filipina mempunyai kira-kira 92,2 juta penduduk menurut perkiraan sensus 2009.

Dari data buku Islam di Filipina (Caesar A Majul, 1989), orang Islam di Filipina dapat diklasifikasikan menurut 12 kelompok etno-lingustik. Kedua belas kelompok itu belum termasuk Badjao dam Samal yang dikenal sebagai orang Islam. Atau juga belum termasuk orang Islam yang tinggal di kalangan Subanom di Zamboanga, kelompok Bukindon di Bukindon, atau kelompok Islam baru di Manila dan Luzon yang berasal dari Mindano dan Zulu yang telah berimigrasi ke Manila dan sekitarnya.

Kedua belas kelompok Islam di Filipina itu adalah Maguindanao, Marano dan Iranun, tausug, Samal, Yakan, Jama Mapun, Kelompok-Kelompok Palawan (Palwani dan Mobog), Kalagan, Kolibugan, dan Sangil.

Yang Islam dan Kristen Sama-sama Suku Melayu
Mayoritas orang Islam tinggal di bagian selatan Filipina, yakni di pulau Mindanao, dan kepulauan Sulu. Orang Maguindano, sebagai kelompok terbesar, paling banyak tinggal di daerah Cotabato di Mindanao. Orang Marano tinggal di dua provinsi Lanao, Ilananun mendiamai daerah Lanao sekitar Teluk Illana dan daerah sebelah utara Cotabato.

morolandmap
Sulu, Zamboanga dan Mindanao

Orang Tausug tinggal di Kepulauan Sulu, sedangkan yang lain menetap di Basilan dan di Zamboanga del Sur. Orang Jama Mapun tinggal di pulau Cagayan de Sulu; Orang Yakan di Basilan, Orang Sangil tinggal di Davao maupun pulau-pulau Sarangani dan bagian-bagian Cotabato. Orang Kalagan tinggal di sepanjang pantai Teluk Davao.

Orang Kolibugan terutama tinggal di Zamboanga del Sur, orang Palawani di pulau Palawan Selatan, orang Molboh atau Melebuganon tinggal di dekat Pulau Balabae, agak dekat dengan Kalimantan.
Banyak di antara kelompok Muslim memiliki kesamaan: misalnya bahasa Maguindanao dan Marano, dapat diucapkan dan dimengerti oleh kedua kelompok itu.

Tetapi beberapa bahasa dan dialek yang digunakan orang Islam lebih dekat dengan ‘bahasa orang Kristen’: bahasa Samal, Jama Mapun, dan Badjao yang mirip satu sama lain, sangat berbeda dengan bahasa Tagalog dan Visayan yang kebanyakan digunakan oleh orang-orang Kristen.

Namun demikian menurut para ahli bahasa moderen, berbagai bahasa dan dialek orang-orang Filipina Kristen dan Islam, semuanya berasal dari rumpun lingustik yang sama, dan memiliki banyak kesamaan. Lebih dari itu, baik orang Islam maupun Kristen termasuk suku Melayu.

Muslim Itu Identitas Moro Filipina
Kelompok-kelompok Muslim juga berbeda dalam hal pekerjaannya. Orang Maguindano bertanam pada di sawah. Sedangkan orang Mindano bertanam padi dan jagung di pegunungan; mereka juga dikenal sebagai pengrajin kuningan dan tenunan. Sebagai pedagang yang gigih, mereka dapat dijumpai menjual barang dagangannya hampir di seluruh penjuru Filipina.

moro 2
Muslim Filipina

Kebanyakan orang Iranum adalah petani di samping ada beberapa orang yang menjadi nelayan. Orang Tausug yang tinggal di pedalaman pulau Jolo adalah petani, sebaliknya orang Tausug pesisisr dan samal adalah nelayan dan pedagang barter. Orang Yakan dari Pulau Basilan bertanam padi di pegunungan dan palawija, tetapi jarang sebagai nelayan. Sedangkan orang Yakan yang tinggal di pesisir pulau menjadi nelayan. Orang Kalagan adalah pedagang dan nelayan.

Sebaliknya orang-orang Tagalog Islam melakukan urbanisasi secara besar-besaran: sebagian adalah tenaga profesional, pegawai kantor, sebagian pekerja pabrik. Bagaimanapun di daerah-daerah Muslim yang utama, pekerja pabrik jarang, karena hanya sedikit –kalau memang ada – pabrik maupun industri serupa.

Kelompok-kelompok Islam secara mencolok berbeda dalam menjalankan tradisi kebudyaan dan hukum (adat) yang beberapa di antaranya terbentuk sebelum kedatangan Islam. Namun biasanya kelompok tersebut memiliki struktur sosial yang serupa.

Sepanjang sejarah mereka, struktul sosial maupun politik ini didasarkan pada sistem datu yang juga, seperti ada, sebuah lembaga masa pra Islam. Datu adalah penguasa lokal atau kecil, atau pangeran muda dengan kekuasaan eksekutif dan militer. Dengan datangnya Islam beberapa gelar datu berganti menjadi gelar Sultan.

Pada abad-abad yang lampau, kelompok-kelompok Islam secara tunggal membentuk kesatuan-kesatuan politik yang bebas atau beberapa kelompok bergabung untuk membentuk berbagai kekuatan politik. Kadang-kadang di antara mereka terjadi pertempuran maupun persaingan ekonomi. Tetapi ketikatimbul ancaman bahaya umum dari luar, mereka biasanya bekerja sama dalam pertahanan militer.

Kini, bagaimanapun, perkawinan antar kelompok juga meningkat di kalangan kelas-kelas sosial launnya, karena teknologi moderen telah membuat transportasi dan komunikasi lebih mudah. Sebelumnya Manila, sebagai pusat pendidikan dan ibu kota negara, sering merupakan satu-satunya sumber kontak antara anggota-angota kelompok berbeda.

Namun, tanpa menghiraukan perbedaan-perbedaan mereka, semua orang Islam Filipina menganggap diri mereka sendiri — dan mengidentifikasikan satu sama lain — sebagai orang Islam. Mereka terus menyerus menyadari bahwa agama mereka berbeda dengan agama-agama orang Filipina lainnya. Mereka tidak teranggu dengan ucapan orang Islam asing, yang menyatakan kebiasaan mereka tidak murni Islam.

Semua orang Islam Filipina mengakui satu sama lain sebagai anggota dari komunitas agama yang lebih luas, yang melampui batas-batas kebahasaan, rasial, kesukuan, dan nasional. Mereka berdoa bersama di dalam dan di luar masyarakat mereka. Tanpa menghiraukan tingkat partisipasi mereka dalam urusan nasional atau kewarganegaraan, atau dalam lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi lainnya, sumber utara identitas mereka adalah Islam.

Semua ini adalah identitas yang telah dibentuk oleh kekuatan sejarah dari akhir abad ke-14 dan telah dibahayakan: namun kemudian diperkuat oleh peristuwa-peristiwa dramatis, kerusuhan, dan pertempuran yang tragis pada awal abad hingga pertengahan abad ke 20. (rep)

Leave a Reply