Andre menilai, posisi surplus tersebut dapat membuat perusahaan-perusahaan dalam negeri menjadi terancam.
“Saya ingin sampaikan bahwa produksi pabrik semen kita saat ini 120 juta ton, konsumsi kita sebelum COVID-19 itu sekitar 70-75 juta ton, kita sudah surplus. Sekarang kita COVID-19, otomatis konsumsi semen kita menurun, jadi surplus kita mungkin 60 juta ton sekarang. Ditambah lagi 14 juta ton, kemungkinan surplus di 74 juta ton,” tutur Andre.
“Jika tetap dilanjutkan maka bisa membuat setidaknya empat pabrik semen yakni Semen Tonasa, Semen Bosowa, Semen Kupang, dan Indocement Tarjun di Kalsel,” sambungnya.
Ketua DPD Gerindra Sumbar ini pun mengungkapkan, ia pernah mendengar adanya penjelasan bahwa perusahaan semen baru di Kaltim itu akan fokus pada ekspor. Meski demikian, Andre meminta adanya kepastian soal hal tersebut, bukan hanya di atas kertas.
“Bagaimana kebijakannya ini? Di satu sisi ini dibilang masuk moratorium, tapi di sisi lain kita mendengar ada pabrik semen baru. Saya dengar Kepala BKPM menyampaikan tenang bro, ini 85 persen untuk diekspor. Tapi jaminannya apa? Di Indonesia ini kan peraturan tinggal peraturan, yang penting pelaksanaannya,” pungkasnya. (*)