“Jangan dibandingkan dengan Malaysia saja, yang lain juga. Semakin murah boleh jadi subsidi semakin besar per liternya,” terang Saleh saat dihubungi.
Menurutnya, terdapat beberapa alasan mengapa sebuah negara mampu memberikan subsidi yang cukup besar untuk BBM, di antaranya kemampuan fiskal, jumlah konsumen yang mendapat subsidi, dan peran subsidi itu dalam menstimulus perekonomian serta mengurangi dampak inflasi.
Hal serupa juga disampaikan oleh Pakar Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Eddy Junarsin.
Menurutnya, kedua negara ini sama-sama melakukan subsidi. Namun presentasi besaran subsidi BBM kedua negara itu memang berbeda.
“Dari sisi proporsi subsidi terhadap APBN, Malaysia itu lebih besar daripada indonesia,” ujarnya.
“Katakanlah di bulan April harga minyak baru akan naik, Malaysia itu subsidinya sekitar 8,5 persen dari APBN. Indonesia itu sekitar 4,9 persen atau katakanlah 5,” imbuhnya.
Beda gaya subsidi
Selain itu, Eddy mengatakan bahwa gaya subdisi BBM yang diterapkan kedua negara ini juga tidak sama.