Pirus, Batu dari Timur yang Tak Lekang oleh Zaman

kabarin.co – Sejarah keberadaan Pirus dalam dunia fashion sudah sangat tua dan hebatnya permata ini selalu hadir dalam pernak-pernik aksesoris, di mana pun di berbagai belahan dunia dari dulu sampai sekarang.

Batu ini dikenakan oleh kaum bangsawan zaman dulu sampai oleh orang-orang modern abad ini. Eksistensinya bahkan bisa ditelusuri sejak 8000 tahun silam! Dalam penemuan kepurbakalaan diketahui batu-batu ini telah ditambang oleh bangsa Mesir Kuno sejak tahun 6000 SM.

Ciri khas permata ini adalah warnanya yang biru muda dan terkesan lembut. Permukaannya seperti diselaputi lapisan lilin tipis sehingga kilapnya disebut kilap lilin (waxy).

Pirus
Pirus dengan kilap waxy-nya dan aksesori berhiaskan batu Pirus dalam desain vintage.

Dalam dunia permata dan fashion, warna biru langitnya nan sangat khas selalu menjadi trend yang tak lekang dan tak lapuk termakan zaman. Dan hebatnya ia menjadi favorit bagi setiap orang dari berbagai strata sosial sehingga boleh dibilang Pirus adalah permata bagi semua orang.

Ciri khas lainnya adalah tampilan urat-urat pada batu ini yang semakin menambah keindahannya. Secara ilmu mineral, ketika terbentuknya, pada mineral mentah batu ini kerap terjadi retakan-retakan, di mana retakan itu kemudian diisi oleh mineral limonit.

Terkadang ada batu Pirus dengan urat-uratnya yang nampak berkilauan, seperti ditaburi bubuk emas yang berkilat-kilat. Hal ini akan menaikkan pamor dan tentu saja melejitkan harganya. Dalam kasus ini boleh jadi Pirus adalah salah satu permata yang tidak tembus pandang (opaque) yang paling mahal harganya.

Pirus dengan urat emas
Pirus dengan urat-urat kuning keemasan.

Batu ini sangat populer di Indonesia bahkan banyak yang mengagungkannya, seperti Giok bagi orang Cina. Tak heran memang, bahkan sejak zaman dulu permata ini digandrungi para raja, bangsawan, sampai rakyat jelata. Di zaman sekarang bisa dikatakan mulai dari rakyat biasa sampai para pejabat negara, banyak yang menggemari dan mengenakannya sebagai perhiasan.

Bukan hanya di Indonesia, bahkan artis Holywood pun banyak yang menggemari batu ini. Sederet nama tenar mulai Sarrah Jessica Parker, Taylor Swift, Megan Fox, Cameron Diaz, Cyntia Nixon, Heidi Klum, Eva Mendez, Salma Hayek, Sharon Stone, sosialita macam Paris Hilton, Vanessa William sampai senator Sarah Palin dan banyak lagi yang tak canggung memakai aksesoris berhiaskan Pirus bergaya Native American Jewelry.

004-celeb
Sebagian kecil selebritis Holywood dengan aksesori Pirus yang dikenakannya.

Sementara di masa lalu, bukti paling kuno bahwa Pirus digemari masyarakat umum adalah penemuan sebuah kuburan rakyat biasa dari zaman Mesir Kuno di mana kuburan sang mayat dihiasi Pirus berukir. Penanggalan pada peti mati itu menunjukkan waktu sekitar tahun 3000 sebelum Nabi Isa lahir!

Kuburan atau peti mati para petinggi dan bangsawan Mesir Kuno zaman itu pun diketahui banyak bertatahkan permata beraurora kalem nan cantik ini.

Orang-orang Mesir Kuno sejak tahun 6000SM memang sudah mengenal Pirus dan memakainya dalam pernik-pernik perhiasan mereka. Bahkan selama pemerintahan Raja Darius I (521 – 486 SM) batu ini sangat tinggi nilainya di kalangan bangsawan Macedonia.

Asal Nama Pirus
Namanya berasal dari bahasa Persia, ‘firousa‘. Orang Yunani menyebut ‘callais’, tapi bangsa Eropa umumnya mengenal batu ini dengan nama ‘turquoise‘ alias Turki, karena zaman dulu mereka menganggap batu ini berasal dari Turki.

Karena permata ini banyak di bawa dari dan oleh orang-orang di negara-negara wilayah timur, bagi orang Eropa batu ini seolah menjadi ciri khas daerah itu. Sehingga ia pun populer dengan julukan ‘permata dari timur’ (the eastern stone atau the oriental gem).

Menurut sejarahnya negara Turki hanya tempat pelaluan batu-batu unik nan cantik ini dari negeri asalnya di Persia. Ketika terjadi Perang Sabil orang-orang Timur Tengah menghiasi gagang belati, pedang, dan kekang kuda mereka dengan Pirus.

Pirus
Pirus dari Iran (Persia).

Kedatangan pasukan muslim ke Eropa selain membawa agama wahyu juga membawa batu-batu timur nan eksotik ini dan mempesona bangsa-bangsa Barat. Dari sanalah orang-orang Eropa menyebut permata indah ini ‘turquoise’ yang berarti Turki, karena mengira batu ini berasal dari negara itu.

Selama ribuan tahun pula permata ini dianggap sebagai batu yang punya kekuatan supranatural. Beberapa bangsa di dunia, baik di zaman baheula atau zaman sekarang, menganggap permata ini sebagai batu ber-aura sakral pembawa keberuntungan.

Suku Indian Aztec di Mexico menghiasi topeng-topeng upacara mereka dengan batu yang mereka anggap suci ini. Suku Indian Amerika Utara yang sampai sekarang masih menambang batu ini, percaya Pirus adalah sarana untuk membuka pintu ke surga.

Pirus
Topeng kuno bangsa Aztec dan Maya yang diselimuti mozaik Pirus.

Orang-orang Persia kuno mengenakan kalung Pirus sebagai pelindung dari kematian yang tidak wajar. Jika permata ini berubah warna pemiliknya harus waspada akan datangnya sebuah bencana yang akan menimpa dirinya.

Namun hal itu tak perlu dicemaskan lagi sekarang, karena Pirus sebenarnya tidak dapat berubah warna dengan sendirinya. Kecuali jika ia terkena paparan cahaya kuat terus menerus (dijemur di bawah sinar matahari, misalnya) atau bereaksi dengan zat kimia yang terkandung dalam kosmetika yang digunakan oleh pemiliknya.

Pirus dalam Mineralogi
Dalam mineralogi Pirus secara sederhana disebut tembaga aluminium fosfat, derajat kekerasan 6 pada skala Mohs, di bawah derajat kekerasan mineral kuarsa, berat jenis 2,60 – 2,90. Biasanya ditemukan pada areal tanah dengan kandungan tembaga berkonsentrasi tinggi.

Warna biru pada batu ini disebabkan oleh tembaga, sedangkan nuansa kehijauannya dibawa oleh ion besi dan khrom. Deposit batu ini terdapat di Amerika Serikat, Israel, Iran, India, Afghanistan dan China, secara tradisi batu Pirus paling indah didapat di daerah utara Iran.

Pirus
Spesimen Pirus berkualitas prima dari tambang di Les Cerrilos New Mexico USA yang kini tersimpan di Smithsonian.

Range warna pada batu ini mulai dari biru pucat, biru, sampai kehijauan. Warnanya ini dibawakan oleh logam tembaga (Cu) yang dapat memudar jika terkena paparan cahaya kuat terus menerus atau jika kontak dengan beberapa zat kimia tertentu.

Warna Pirus yang memucat dapat dikembalikan ke warna semula dengan merendamnya dalam cairan asam urine. Pirus termasuk permata sensitif, mengingat tingkat kekerasannya dan warnanya yang bisa pudar batu ini biasanya di lapisi dengan resin sintetis atau film silika.

Sistem kristal pada Pirus adalah triklinik, mempunyai tiga sumbu yang tidak sama panjang dan saling membentuk sudut yang lebih besar atau lebih kecil dari 90 derajat.

Pirus Imitasi
Permata ini banyak dibuat imitasinya, bahkan sejak zaman dahulu kala. Di jaman itu Pirus tiruan dibuat dari frit sintetis yang adonannya terdiri dari silika, malakhit, kalsium karbonat dan soda abu.

Bahan Pirus imitasi lainnya adalah gelas, kalsedon atau porselin yang diwarnai. Pirus kalsedon biasanya lebih bening dari Pirus asli, berat jenisnya 3,3 dan memiliki gelembung-gelembung di bawah permukaannya.

Pirus tiruan yang dalam perdagangan permata dikenal sebagai Vienesse Turquoise dibuat dari campuran malakhit, alumunium hidroksida dan asam fosfat, yang digiling sampai halus dan dipanaskan pada suhu 150 derajat Celcius dan dipres dengan kekuatan besar.

Pirus imitasi juga dibuat di Jerman sejak tahun 1957 dan diperdagangkan dengan nama neolit. Dibuat dari campuran bayerit dan tembaga fosfat kemudian diberi urat-urat dari senyawa besi yang amorf. Sedangkan di Amerika Serikat Pirus tiruan dibuat dari mineral bijih tembaga (malakhit atau azurit) yang diikat dengan semacam plastik.

Ada lagi yang di pasaran dikenal dengan nama Pirus Sinciang, seolah batu ini ditambang di daratan China, sebenarnya batu ini kebanyakan bukan asli melainkan sintetis belaka.

Pengujian Pirus imitasi di atas disamping dengan uji kekerasan dan berat jenis juga dapat dengan meneteskan cairan asam klorida (HCl), cairan itu akan berubah kuning kehijauan dan melekat pada kertas saring.

VariscitSelain Pirus imitasi buatan manusia terdapat pula mineral alam yang menyerupai Pirus yang disebut variscit, terutama varietas yang berwarna hijau lemon, karena variscit ada juga yang berwarna lain seperti merah buah raspberry atau merah buah cherry.

Perawatan pirus
Batu ini termasuk ‘lunak’ dalam arti tidak sekeras mineral lain seperti Quartz apalagi Rubi. Untuk menjaga keindahannya berhati-hati ketika menggunakannya, terutama kaum pria yang gemar menggunakan cincin Pirus. Simpan dalam kotak beralas kapas atau kain lembut.

Gesekan tanpa sengaja terhadap benda-benda keras akan menggores dan memudarkan cahayanya. Hindarkan juga terkena zat-zat kimia atau kosmetik yang mengandung sulfur atau belerang.

Bersihkan batu ini dengan sabun dengan ph netral agar tidak bereaksi dengan zat kimia kuat yang terkandung di dalamnya. Keringkan dengan kain lembut, tidak perlu dijemur karena cahaya tajam matahari dapat memudarkan warnanya. (mfs)

Baca juga:

Rahasia di Balik Gemerlapnya Intan Berlian

Serba-serbi Permata Hijau Zamrud nan Penuh Magis

4 Negara Penghasil Blue Safir Terkenal di Dunia