Kasbani, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menerangkan dasar peningkatan status Gunung Raung seperti ketinggian kolom embusan gas atau abu dan warna kolom embusan yang mulai mengalami perubahan.
“Warna kolom embusan mengindikasikan adanya material abu yang terbawa ke permukaan,” ujarnya lewat siaran pers Jumat 17 Juli 2020. Selain itu jumlah gempa hembusan mengalami kenaikan dan diikuti oleh kemunculan jenis gempa vulkanik lainnya. “Kondisi itu mengindikasikan adanya pasokan magma dari kedalaman di bawah kawah puncak Gunung Raung.”
Menurut Mirzam, data waktu tinggal letusan Gunung Raung yang diprediksinya itu berguna untuk mitigasi bencana. Seperti diketahui, letusan terakhir gunung itu terjadi pada 2015. PVMBG menormalkan kembali statusnya atau ke level I pasca letusan sejak 24 Oktober 2016.
Jangka waktu lima tahun ini, kata Mirzam, lebih lama dari nilai prediksi maupun interval real yang hanya berkisar 2,5 hingga 2,8 tahun. “Tak mengherankan jika saat ini Gunung Raung telah mencapai Level II dan telah mengeluarkan abu vulkanik,” katanya.