“Teror” Polisi di Guntur 49

KabarUtama2 Views

guntur2kabarin.co – Rabu pagi (14/12), Rumah Kedaulatan Rakyat, Pusat Dokumentasi Politik, Jalan Guntur 49, Kelurahan Pasar Manggis, Kecamatan Setia Budi, Jakarta Selatan dikejutkan kedatangan satu bus, empat mobil dan beberapa motor, semuanya berisi polisi. “Ada kali 80 orang polisi,”ujar seorang saksi mata.

Seperti biasa “kandang” aktivis masih redup. Menjelang pagi, biasanya mereka baru tidur dan bangun, hampir tengah hari. Tak salah jika banyak yang mengatakan yang bikin takut aktivis adalah bangun pagi. Tentu saja, lima aktivis yang masih tidur terkejut. Mau apa para polisi itu? Rupanya berdasarkan surat dari Direktur reserse kriminal umum, mereka mau menggeledah tempat yang diduga ada hubungannya dengan tuduhan tindak pidana makar yang dilakukan Sri Bintang Pamungkas.

Memang tiap Hari Senin, Sri Bintang dan kawan-kawannya mengadakan diskusi di tempat itu. Tapi bukan diskusi untuk makar, diskusi tentang situasi politik dan keluar dari persoalan bangsa. Namun, aktivis yang tinggal di tempat itu tak semua sepaham dengan diskusi Sri Bintang tersebut. Bahkan kadangkala, berbuah adu mulut, jika aktivis itu tak setuju dengan diskusi tersebut. “Dengan pemeriksaan polisi hari ini, kami merasa ketempuhan buntut maung (orang lain yang berbuat, tapi mereka yang kena sikat),”ujar seorang aktivis disana. Karena Sri Bintang tidak tinggal di tempat itu, hanya tiap Senin siang dia adakan diskusi di tempat itu.guntur5

Apalagi, saat penggeledahan itu, polisi juga memeriksa barang-barang pribadi yang tak ada hubungannya dengan tersangka makar Sri Bintang Pamungkas tersebut. “Kami merasa polisi sedang melakukan teror terhadap aktivis nih,”ujar salah seorang di antara yang tinggal di tempat tersebut.  Memang rumah itu diwakafkan oleh tokoh Partai Sosialis Indonesia (PSI), Soebadio Sastrosatomo, yang beristeri Menteri Sosial zaman Bung Karno, Maria Ulfah, untuk pusat dokumentasi. Tak heran banyak dokumentasi penting zaman pergerakan saat menjelang dan sesudah proklamasi 1945 ada disana. Di tempat itu pula berbagai macam aktivis bertemu bahkan tinggal di tempat itu. Tercatat, salah satu jebolan aktivis yang pernah tinggal disana adalah Fadjroel Rachman, yang kini menjadi komisaris PT.Adhi Karya.guntur3

Penggeledahan Rumah Guntur 49 ini tak lepas dari konstruksi yang dibangun polisi tentang tindak pidana makar yang dituduhkan pada Sri Bintang Pamungkas.  Salah satu syarat tindakan pidana makar itu ada senjata untuk melakukan pemberontakan. Ndilalah, dari salah satu lemari, ditemukan tempat slongsong peluru kaliber 12,9. Sayangnya, pemilik slongsong peluru itu, tak ada di tempat, sehingga tak bisa dikonfirmasi.

Cara-cara polisi dan tuduhan makar ini, menurut para aktivis, seperti yang terjadi di zaman orde baru. Kalau Soeharto, pemerintahan  militer fasis, kini Jokowi diasnggap mewakili pemerintana sipil fasis. “Kami sangat menyayangkan saat Jokowi yang dikelilingi para aktivis, justru kini kelakuannya menindas aktivis lain,”ujar seorang aktivis yang pernah mendukung Jokowi pada awal pemerintahannya.

Ada 27 item yang diambil sebagai barang bukti. Lucunya, ada tulisan seorang yang stress juga diambil sebagai barang bukti. Lucunya, polisi tidak tahu PSI, Soebadio, Maria Ulfah. Bahkan salah seorang polisi, sempat foto dengan poster besar Che Guevara. Saat ditakut-takuti Che itu tokoh kiri, polisi itu agak keder. Tadinya, maksudnya mau gaya-gayaan. Penggeledahan berakhir sekitar pukul 13.00 siang. Selamat datang kembali masa kelam demokrasi.