Dua Anak Harimau di Kebun Binatang Bukittinggi Mati, Karena Ditendang Petugas?

Kabarin.co – Dua ekor anak Harimau Sumatera yang lahir di Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi, Sumatra Barat, beberapa bulan lalu ternyata sudah mati. Hal telah membuat heboh kota wisata itu, karena kematian satwa langka itu terkesan di tutup-tutupi. Pemko dan DPRD Koto Bukitinggipun angkat bicara.

Terungkap kematian dua anak harimau itu, setelah ada kecurigaan pengunjung yang tidak melihat lagi sepasang anak harimau itu di TMSBK. Kematian anak harimau itu terkesan ditutup tutupi sehingga memunculkan kecurigaan dari berbagai pihak.

Kepala TMSBK Ikbal yang coba dikonfirmasi media bungkam, dan tak bisa dihubungi. Begitupun Marno, pawang harimau di TMSBK juga menolak memberikan keterangan karena merasa tidak berwenang.

Kepala BKSDA Provinsi Sumatera Barat, Margo Utomo membenarkan kedua anak harimau itu sudah mati. Ia mendapatkan laporan kedua anak harimau itu sekitar 12 Juli lalu. Menurut Margo, hasil pemeriksaan sementara, penyebab kematian harimau itu karena pembengkakan di paru-paru seperti harimau yang mati sebelumnya.

Pihaknya juga sudah meminta dokter hewan mencek penyebab kematian kedua anak harimau itu. Dokter tersebut kematian harimau itu karena ada faktor genetik. “Kalau masalah genetik tentu kita tidak dapat berbuat banyak. Kami khawatir kalau ada anak harimau lahir lagi, bisa mengalami nasib yang sama,”ujar Margo, dikutip hariansinggalang.co.id

Terkait adanya isu kedua anak harimau itu di tendang oleh oknum petugas, pihaknya mengaku belum mendapatkan informasi itu. Bahkan pihaknya berencana akan datang langsung ke Bukittinggi mencek dan mengambil hasil otopsinya.

Sementara itu, Walikota H. Ramlan Nurmatias juga gerah, dan meminta laporan tertulis dari Kepala TMSBK dan dokter hewan yang menangani kedua satwa tersebut. Dijelaskanya, kedua anak harimau itu sebelumnya telah dilaporkan kepada dirinya sakit, bahkan sudah menjalani perawatan di Padang.

Informasi awal penyakit yang diderita anak harimau itu karena masalah genetik pada darah. Namun itu informasi lisan. “Kita ingin laporan itu secara tertulis mulai dari awal sakitnya kedua amak harimau itu. Diagnosa sakitnya harimau itu, kemudian penanganan yang dilakukan, semua kita minta secara tertulis,”ujar Ramlan.

Terkait adanya isu harimau itu mati akibat ada unsur kekerasan dari oknum petugas, Ramlan juga belum mengetahuinya. Jika benar adanya unsur kekerasan terhadap binatang yang dilindungi itu, pasti akan ditindak. “Jika terbukti kita akan laporkan kepada polisi, kita tidak main-main masalah ini,” tegasnya.

Sedangkan DPRD minta Pemkot Bukittinggi terbuka mengenai penyebab kematian dua ekor anak harimau Sumatera itu. Disampaikan Ketua Komisi III DPRD setempat, Rusdy Nurman saat memantau kondisi di TMSBK Bukittinggi, Sabtu (16/7) mengatakan keterbukaan diperlukan agar tidak menimbulkan asumsi negatif di masyarakat.

Keterbukaan itu juga dibutuhkan, sekiranya ada kendala dalam operasional, maka dapat segera dicari solusi misalnya penambahan anggaran untuk perawatan satwa.

Dijelaskan, kematian harimau Sumatera tersebut sangat disayangkan karena sejak kelahirannya telah menjadi daya tarik atau maskot baru TMSBK. “Kami harap, hasil pemeriksaan kedua satwa itu dapat disampaikan secara terbuka. Selain itu bila ada kendala dalam operasional, harap segera disampaikan karena DPRD tentu mendukung dalam penganggaran,” ujarnya.(*/sgl)