Beratnya Kursus A Pro AFC: Baru “Pemanasan”, Wajib Dipertanggungjawabkan di “Kursi Panas”

kabarin.co – Kursus pelatih A AFC pro yang digelar di Yogyakarta, benar-benar menjadi sebuah tantangan yang luar biasa bagi 23 peserta, yang merupakan pelatih-pelatih terbaik di Indonesia. Bahkan Modul pertama yang berlangsung seminggu 14-20 April, baru sekadar “pemanasan”.

Walau baru pembukaan, namun modul pertama itu cukup membuat para peserta bekerja keras, dan benar-benar dituntut bekerja keras, fokus, dan tidak ada waktu untuk bersantai.

Mantan pelatih Timnas dan Semen Padang, Nilmaizar yang menjadi salah seorang peserta membeberkan pengalamannya selama mengikuti modul 1 kursus A Pro AFC itu. “Kita digiring ke sebuah pemikiran tentang sepakbola modern, dan sebuah tata kelola untuk sebuah kemajuan sepakbola Indonesia.”katanya.

Dalam prosesnya, kursus yang menghadirkan instruktur Ahmad Bader dari atar tersebut, langsung tancap gas sejak hari pertama. Setelah meeting dan interview dengan masing-masing peserta, hari kedua langsung membahas session training tentang topik yang diberikan kepada masing-masing coach.

“Topik diberikan dan diaplikasikan di lapangan. Contoh Topik coaching Your Player Group Possesseon Attacking. Kita cari topik nya dan kita aplikasikan dalam bentuk training selama 20 menit.Kita cari video yg ada kaitannya dengan latihan kita.”ujar Nil.

“Lalu kita jabarkan dan pesentasikan di class room dan ada tanyajawab sebelum dipraktikan di lapangan. Setelah kita aplikasikan dalam bentuk latihan di lapangan besoknya harus kita pertanggung jawabkan apa yg sudah kita latihan kemaren, dari menit awal sampai menit akhir.”beber Nil.

Menurutnya, pertanggungjawaban itu ada satu tempat khusus yang bernama “Hot seat” atau kursi panas. “Hot seat adalah kursi pertangungjawaban kita sebagai pelatih yg akan di tanya oleh seluruh Coaches yang ada. Ada 12 pertanyaan yang kita observasi di atas tribun apa yg di lakukan coaches dengan topiknya masing-masing.”
lanjut pria 48 tahun itu.

Ditambahkan Nil, diskusi antar pelatih itu dan membahasnya demi sempurna topik yang dibuat. “Sangat luar biasa, disini kita diingatkan bahwa sepakbola memang butuh ilmu yg detail sekali.”kata Nil lagi.

Setelah seminggu bersama-sama membahas program, dan masa depan sepakbola, serta analisa pertandingan di masing-masing grup, instrukutur hanya mengatakan waktu satu minggu di modul pertama ini hanya pemanasan.

“Artinya, jika modul 1 baru pemanasan, tentu masih banyak modul lagi yang menuntut kita harus mempersiapkan diri untuk lebih awas dan siap lagi. Kita bayangkan berapa dahsyatnya modul 2 dan selanjutnya.”kata Nil.

“A Pro lisence ini secara otomatis merubah pola pikir kita. Bahwa sepak bola itu butuh Ilmu yg detail. Butuh diskusi yangg banyak, butuh latihan yang detail, butuh analisa yangg tajam, butuh owner yg expert, sehingga semuanya berjalan seperti yg di harapkan.”

Ditanya soal yang didapatkan dari seminggu kursus modul 1, Nil mengatakan, kursus ini dibuat tujuan akhirnya adalah melahirkan pelatih yang berkualitas. Dari seorang pelatih berkualitas, nanti akan lahir pemain dan tim yang berkualitas pula.

“20 peserta dari Indonesia, plus tiga dari luar sangat antusias. Kita saling diskusi dan saling komunikasi. Seminggu bukan waktu yangg sebentar, tapi bukan pula waktu yg lama, tapi seminggu itu maknanya sangat dalam.”tutup Nil.(*)