Buruh Ilegal Tiongkok Semakin Membuat Cemburu Warga Lokal Deliserdang

“Dilaporkan juga percuma, karena setiap bulan oknum pejabat dan anggota dewan selalu datang. Bahkan, merobek amplopnya pun di kantin ini,” sebutnya.

Kabarin.co – Keberadaan tenaga kerja asing (TKA) khususnya asal Tiongkok benar-benar membikin resah. Pasalnya, keberadaan mereka dapat mengancam kehidupan pekerja pribumi.

Seperti yang terjadi di proyek pembangunan PLTU di Desa Paluhkurau, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deliserdang, yang mayoritas pekerjanya merupakan pekerja asal Tiongkok.

Kondisi ini menuai protes warga setempat. Mereka mengaku kecewa atas penempatan TKA dalam jumlah besar di areal proyek pembangunan PLTU seluas 160 hektar itu.

Rusmayadi (34), warga setempat mengungkapkan, proyek pembangkit listrik berkapasitas 2 x 150 MW yang dibangun PT Mabar Elektrindo dan perusahaan asal Tiongkok Shanghai Electric Power Construction Co Ltd ini menyerap buruh asing yang diperkirakan mencapai 2.000 orang.

Seperti diberitakan sumutpos,  Rabu (19/7), hal ini telah menimbulkan dampak sosial dan kecemburuan bagi masyarakat sekitar. “Coba kalian cek, mayoritas pekerjanya dari Tiongkok itu ilegal, paspor mereka pelancong (wisatawan) dan sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia,” beber Rusmayadi.

“Kalau cuma buruh kasar, di kampung ini juga banyak yang bisa. Tapi anehnya, untuk tukang sapu saja, malah di datangkan dari Tiongkok,” katanya sewot.

Rosmini (49), pengelola kantin di lokasi PLTU Paluhkurau ini juga mengungkapkan hal yang sama. Bahkan menurut dia, persoalan buruh asing ilegal ini sudah menjadi rahasia umum bagi warga setempat maupun oknum pejabat.

“Dilaporkan juga percuma, karena setiap bulan oknum pejabat dan anggota dewan selalu datang. Bahkan, merobek amplopnya pun di kantin ini,” sebutnya.

Abdul Hamid petugas Satpam PLTU Paluhkurau membenarkan soal keberadaan pekerja asal Tiongkok di lokasi proyek pembangkit listrik ini. Hamid mengaku, soal keberadaan ribuan buruh asing itu didatangkan oleh pihak perusahaan pemilik proyek.

“Jumlahnya banyak, mess mereka ada di dalam pakai AC. Kalau untuk mess pekerja lokal, bangunannya dari papan dan tidak pakai AC,” ucap Hamid.(*)