“Rupiah akan memanfaatkan pelemahan dolar AS untuk kembali menguat, meski sentimen dari dalam negeri masih kurang kuat mengangkat rupiah,” katanya, Jumat (21/9).
Menurutnya, sentimen dari dalam negeri belum bisa mengangkat rupiah karena proyeksi Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya di kisaran 5,2 persen pada tahun ini dan tahun depan. Baru pada 2020, ekonomi Tanah Air diperkirakan menyentuh 5,3 persen.
Sedangkan Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi memperkirakan rupiah akan kembali menguat pada hari ini, karena sentimen yang biasanya mempengaruhi mata uang Garuda tengah mereda.
“Proyeksinya, rupiah bergerak di rentang Rp14.780-14.890 per dolar AS dengan potensi menguat lagi,” ucap Dini dikutip dari CNNIndonesia.com.
Ia menjabarkan sentimen yang mereda, yaitu perang dagang antara AS-China. Setelah AS memasang tarif bea masuk impor baru dan kemudian dibalas China, rupanya belum ada pernyataan baru dari kedua negara.
Selain itu, sentimen rencana kenaikan tingkat suku bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve juga belum terlihat. Ia memperkirakan meski pasar cukup waspada pada sentimen ini, namun keputusan itu baru diputuskan pada pekan depan. (cnn)