Features: Jordus Cup, Episode ke XVI yang Semakin Mengkilap

Turnamen sepakbola Jordus Cup, tentunya sudah tak asing lagi bagi publik sepakbola Sumbar. Tradisi yang melekat di turnamen yang digelar di Lapangan Hijau Nagari Sungayang, Kabupaten Tanah Datar ini, adalah pelaksanaannya yang rutin tiap tahun, selalu di hari H+2 Lebaran Idul Fitri

Tahun 2018, adalah episode ke XVI penyelenggaraaan turnamen yang dari tahun ke tahun terus disempurnakan segala aspek dan kualitas penyelenggaraannya. 17-24 Juni 2018, adalah durasi pelaksanaan turnamen tahun ini. Tidak banyak turnamen lokal yang bisa bertahan begitu lama dan berjalan rutin setiap tahun. Apalagi dengan waktu pelaksanaan yang begitu “disiplin”.

Tahun berganti, tim peserta bervariasi dari tahun ke tahun, tapi ada satu hal yang tak pernah berubah. Tak lain tak bukan, tujuan utama digelarnya turnamen ini selain ajang hiburan bagi masyarakat, juga sebagai ajang silaturahmi saat menyambut para perantau yang pulang kampung di hari lebaran.

Saat pertandingan, warga dan perantau berbaur di lapangan menonton pertandingan di kampung yang warganya dikenal sangat menggemari olahraga yang satu ini. Walaupun hanya turnamen kampung, tapi jangan beranggapan iven dikelola ala kadarnya atau asal jadi. Seorang teman, menyebutnya Tarkam bergaya pro. Maklum di beberapa sisi ada sedikit tercium bau-bau profesionalnya.Tidak percaya?

Untuk tahun ini, Jordus Cup dikemas lebih mengkilap. Believe or not, pihak panpel terang-terangan menerapkan aturan baku pertandingan liga profesional dalam hal ini. Ada Pengawas pertandingan (PP) dan wasit bersertifikat resmi dari PSSI Sumbar. Perangkat pertandingan inilah yang memastikan proses pertandingan berjalan sesuai rule. Contoh sederhananya, soal berapa orang yang boleh duduk di bench, atau proses pergantian pemain sudah berlangsung dengan benar.

Seperti biasa, menonton pertandingan di turnamen ini tidak gratis, apalagi berprinsip yang penting ramai. Karena Panpel tetap memberlakukan HTM, walau hanya pukul rata Rp10.000 perak. Di pintu masuk, petugas yang bersahabat memeriksa tiket dengan sikap yang jauh dari sangar tapi tegas. Biasanya, uang tiket ini salah satunya dikumpulkan untuk memperbaiki atau melengkapi sarana “stadion”.

Jangan lupa, sponsorship juga berlaku di turnamen ini. Tak sembarang sponsor, beberapa branda yang namnya sudah nasional ikut berperan. Salah satunya adalah Oxygen Denim Indonesia, yang tahun ini bertindak sebagai sponsor utama. Brand yang satu ini semakin berkibar di jagat sepakbola Indonesia, dengan mensponsori sejumlah klub kasta tertinggi di Liga 1, dan juga tim di Liga 2. Oxygen juga sudah menjalin kerjasama dengan federasi sepakbola Indonesia, PSSI.

Disamping Sponsor, peserta tahun ini juga variatif, menampilkan tim-tim lokal terbaik Sumbar, seperti juara bertahan GAS Sawahlunto, Gasliko Limapuluh Kota, Persepak Payakumbuh, Persiju Sijunjung, Limkos Padang Pariaman. Semuanya adalah kontestan Liga 3 Sumbar 2018. Bisa dikatakan, ini adalah ajang pemanasan tim-tim tersebut jelang turun di Liga 3 Sumbar 2018, yang dimulai 30 Juni Mendatang.

Selain tim-tim tersebut, tentunya tak ketinggalan tuan rumah Jordus FC, dan seperti “tradisi” sebelumnya, ada wakil dari Provinsi tetangga Riau. “Kita memang berupaya membuat peserta tim-tim yang berbeda setiap tahunnya. Yang sudah pasti bisa tampil berturut-turut adalah juara bertahan dan tuan rumah.”kata pembina Jordus FC, H. Yasman Yanusar.

Walaupun turnamen ini tak ada menyediakan fasilitas uang transportasi untuk peserta, layaknya turnamen-turnamen lokal di Sumbar, tapi animo dan antusias tim peserta tiap tahunnya tetap tinggi. Bahkan, untuk bisa tampil di turnamen ini tim-tim itu rela antre dan sudah harus men-carter tempat untuk tahun depan.

“Itu yang kita syukuri, karena tim-tim peserta senang bisa tampil di turnamen kita. Mungkin karena kita mengemas turnamen sebaik mungkin, jadi peserta nyaman bertanding, walaupun dari segi hadiah juga tidak terlalu bombastis.”lanjut H. Yasman, yang merupakan tokoh sepakbola Sungayang, sekaligus pemrakarsa lahirnya turnamen ini.

Salah satu yang menjadi perhatian Panpel Jordus adalah sarana pertandingan. Lapangan Pulai memang hanya lapangan kampung, tapi jangan berfikir lapangan ini terlalu semenjana kualitasnya. Soal permukaan lapangan dan rumput, lapangan ini pantas disebut salah satu yang terbaik di Sumatra Barat.

Tahun ini, selain lapangan tribun penonton di semua sisi lapangan terus dibenahi, untuk memberi kenyamanan bagi penonton. Disamping tribun, “stadion pulai” ini punya bench yang lumayan juga bagi pemain cadangan tim yang bertanding, meski tak terbuat dari bahan semacam fiberglass, tapi sudah lebih dari cukup menjadi sebuah bench yang nyaman bagi tim yang bertanding.

Well, dengan kondisi itu, turnamen ini boleh dikatakan turnamen lokal paling “bergengsi” di Sumbar. Meskipun turnamen Jordus Cup ini orientasi utamanya bukan prestasi, tapi lebih sebagai arena silaturhami dan hiburan rakyat. Tapi pesan pentingnya adalah bagaimana upaya orang-orang itu agar sepakbola tetap hidup dan bergairah. Sepakbola adalah bahasa universal, pemersatu, bukan ajang perpecahan, apalagi menciptakan konflik.

Mereka, yang berada di belakang terselenggaranya turnamen ini juga mengajarkan hal yang lebih penting, seharusnya di sepakbola level terbawahpun cara kerja yang serius, dengan landasan kejujuran, dan sesuai aturan, tetap harus diutamakan. Hanya itu, tak lebih tak kurang. Selamat menikmati Jordus Cup XVI 2018.(RMO)